Malang, Suara Gong. Sejarah mencatat, penggunaan cat oleh manusia sudah dilakukan sekitar 38.000 tahun sebelum masehi (SM). Kegunaannya saat itu untuk menghiasi dinding gua.
Dalam tradisi Mesir Kuno, sebagai peradaban tertua sekitar 3150-31 SM, bahan baku cat terdiri dari batu alam, kristal, timbal, tanah, atau darah binatang dengan minyak atau lemak.
Sejarah ini nampak pada dinding bangunan kuno di wilayah Dendera, yang memiliki tembok berwarna cerah. Dinding ini diperkirakan berusia sekitar 2.000 tahun yang lalu. Warna dinding inipun beragam. Diantaranya warna putih, hitam, biru, merah, kuning, dan hijau.
Pada masa Pra Sejarah, orang telah mewarnai dinding gua tempat tinggalnya. Arkeolog Afrika Selatan, telah menemukan sebuah gambar berusia 100.000 tahun di Gua Blombos, Benua Afrika. Corak warnanya terbuat dari campuran “ochre” sebuah pigmen tanah liat berwarna kuning atau coklat gelap.
Lukisan dalam gua yang merupakan tempat bermukim diperkirakan sudah dibuat oleh manusia sejak 40.000 tahun yang lalu.
Di tempat berbeda, lukisan Cina Kuno, juga menampilkan warna-warna yang sangat indah. Hal ini semakin memperkuat anggapan, bahwa warna secara sempurna telah digunakan sejak puluhan ribu tahun yang lalu.
Mulai dari berbahan dasar oksidasi besi (karat), lalu orang Mesir Kuno, mengembangkan cat dari bahan pigmen yang berasal dari unsur tanah (kuning, oranye, dan merah).
Orang Roma, membuat warna ungu dari unsur kerang (mollusks). Zat pewarna merah masakan (cochineal red), ditemukan pertama kali oleh suku Aztec Indian, dibuat dari kumbang betina cochineal.
Untuk satu pon ekstrak warna merah dibutuhkan sekitar satu juta serangga. Kemudian warna merah tersebut diperkenalkan ke Eropa, oleh orang Spanyol, pada tahun 1500 an.
Kemudian India, memperkenalkan warna kuning yang dibuat dari air seni sapi dicampur dengan lumpur dan diangkut ke London, untuk proses pemurnian. Sedangkan warna Sap green dari Blackthom Berry, dan Sepia Brown, dari kantung tinta kering seekor cumi-cumi.
Sejalan dengan revolusi industri di awal abad ke-19, cat diproduksi masal dengan menggunakan mesin pabrik bertenaga uap. Dengan komposisi warna dasar (putih) campuran oksida besi sebagai pengganti timah.
Warna sejak dahulu merupakan bagian dari budaya yang erat kaitanya dengan keindahan dan kebudayaan manusia. Hampir di setiap daerah telah menghasilkan berbagai pewarna atau pigmen warna berdasarkan sumber daya yang tersedia pada waktu itu. (ind/eko)