SUARAGONG.COM – Fenomena iklim La Niña dan El Niño, yang selama ini banyak dikenal di Samudera Pasifik, kini juga ditemukan terjadi di Samudera Atlantik. Para ilmuwan menyebut fenomena serupa ini sebagai “Atlantic Niño” dan “Atlantic Niña”. Dimana untuk menggambarkan pola suhu ekstrem yang terjadi di Atlantik bagian timur. Istilah ini mengacu pada kondisi suhu air yang lebih hangat atau lebih dingin dari biasanya. Terjadi di wilayah sekitar pantai barat Afrika.
Fenomena Iklim La Niña dan El Niño di Samudera Atlantik
Pada musim panas 2024, terjadi pendinginan signifikan di Samudera Atlantik yang memberikan kesempatan bagi para peneliti untuk mendalami fenomena ini. Menurut laporan NOAA, suhu air di sekitar perairan Liberia tercatat hingga satu derajat Celsius di bawah normal. Anomali ini menyebabkan perubahan warna laut dari merah (lebih hangat) menjadi biru (lebih dingin). Namun, untuk memastikan apakah ini adalah pola Atlantic Niña, para ilmuwan masih memerlukan data lebih lanjut.
Perbedaan utama antara pola ini dan fenomena serupa di Pasifik adalah frekuensi dan intensitasnya. Atlantic Niño dan Niña cenderung lebih jarang terjadi dibandingkan El Niño dan La Niña di Pasifik. Sejak 1980, Atlantic Niño dan Niña hanya terdeteksi sekitar enam kali. Selain itu, jika La Niña aktif di Pasifik, maka Atlantic Niña cenderung tidak terjadi pada waktu yang sama. Fenomena ini lebih umum terjadi ketika Pasifik dalam kondisi netral.
Dampak Niña Atlantik Terhadap Cuaca Global
Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memahami secara mendalam bagaimana Atlantic Niño dan Niña mempengaruhi aktivitas badai dan pola cuaca lainnya di seluruh dunia. Beberapa ahli cuaca berpendapat bahwa Atlantic Niña bisa menjadi salah satu pemicu utama musim badai yang kuat. Karena suhu laut yang lebih hangat di wilayah Atlantik menyediakan energi yang cukup bagi badai untuk berkembang lebih besar dan lebih kuat. Selain itu, peningkatan uap air di atmosfer dapat menyebabkan curah hujan ekstrem di beberapa wilayah.
Tantangan Baru dalam Menghadapi Perubahan Iklim
Kejadian seperti Atlantic Niño dan Niña menunjukkan semakin kompleksnya pola iklim global akibat perubahan suhu lautan. Arus laut yang mengalami perubahan mendistribusikan panas secara tidak merata di samudera, yang pada gilirannya memengaruhi pola cuaca di seluruh dunia. Dampak fenomena ini terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia masih menjadi kajian mendalam para ahli. Ke depan, para ilmuwan berharap dapat memantau dan memitigasi dampak dari Atlantic Niño dan Niña, terutama untuk mengurangi risiko cuaca ekstrem yang diakibatkan oleh perubahan ini. (Aye/Sg)