SUARAGONG.COM – Gula sering kali dicap sebagai sesuatu yang “buruk” bagi kesehatan, dengan banyak klaim yang mengaitkan konsumsi gula berlebih dengan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, kanker, dan penyakit kardiovaskular. Namun, situasi menjadi lebih rumit ketika kita membahas atlet. Gula juga sering dipromosikan sebagai sumber energi penting yang dibutuhkan atlet selama aktivitas fisik. Dalam artikel ini, kita akan menjawab pertanyaan apakah gula benar-benar buruk bagi atlet, serta menelusuri dampak kesehatan gula secara lebih mendalam.
Sebelum menyelami lebih dalam, penting untuk memahami perbedaan antara gula tambahan dan gula alami. Gula alami terdapat dalam makanan seperti buah dan susu, sedangkan gula tambahan adalah yang ditambahkan ke makanan dan minuman, seperti pada minuman manis atau kue. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar orang dewasa membatasi asupan gula tambahan hingga kurang dari 10% dari total asupan energi harian mereka, setara dengan sekitar 50 gram atau 12 sendok teh per hari.
Gula dalam Konteks Atlet atau Atletik
Bagi atlet, kebutuhan energi jauh lebih tinggi daripada individu yang tidak aktif. Dalam konteks ini, konsumsi gula dapat membantu memenuhi kebutuhan energi yang diperlukan untuk latihan dan kompetisi. Saat berolahraga intensif, karbohidrat—termasuk gula—merupakan sumber bahan bakar utama. Banyak produk nutrisi olahraga, seperti minuman olahraga dan gel, mengandung gula dalam jumlah tinggi untuk membantu meningkatkan performa dan mempercepat pemulihan otot.
Namun, apa yang dianggap “berlebihan” bagi seseorang yang tidak aktif mungkin berbeda jauh untuk atlet. Seorang atlet yang membakar lebih banyak kalori dapat mentoleransi konsumsi gula yang lebih tinggi tanpa efek negatif yang sama. Sebuah studi menunjukkan bahwa pengendara sepeda yang mengonsumsi hingga 100 gram gula selama latihan tidak mengalami efek kesehatan negatif yang signifikan. Ini menunjukkan bahwa konteks dan kebutuhan individu sangat mempengaruhi dampak gula.
Dampak Negatif Gula bagi Kesehatan Para Atlet
Meskipun gula dapat bermanfaat dalam konteks atletik, banyak bukti menunjukkan bahwa asupan gula berlebihan tidak baik untuk kesehatan secara keseluruhan. Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional (NHANES) di AS menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi lebih dari 20% dari total asupan energi dari gula memiliki risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular yang lebih tinggi.
Salah satu masalah utama terkait dengan konsumsi gula adalah peningkatan risiko obesitas. Ketika gula dikonsumsi dalam jumlah tinggi dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup, kelebihan kalori dapat menumpuk, menyebabkan penambahan berat badan. Obesitas sendiri merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit, termasuk diabetes tipe 2, hipertensi, dan penyakit jantung.
Satu aspek penting dalam memahami gula adalah bagaimana tubuh kita memetabolisme zat ini. Gula, terutama dalam bentuk glukosa, adalah sumber energi utama bagi tubuh. Namun, konsumsi gula yang berlebihan dapat memengaruhi metabolisme dan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin adalah kemampuan tubuh untuk merespons insulin dan mengatur kadar glukosa darah.
Ketika seseorang mengonsumsi gula secara berlebihan, terutama dalam bentuk minuman manis, ini dapat menyebabkan lonjakan glukosa darah yang cepat. Jika terjadi secara teratur, ini dapat menyebabkan resistensi insulin, yang merupakan faktor utama dalam pengembangan diabetes tipe 2. Namun, atlet, yang sering kali lebih aktif, cenderung memiliki sensitivitas insulin yang lebih baik dibandingkan dengan populasi umum.
Keseimbangan Energi dan Gula
Pertanyaan yang lebih besar adalah: apakah asupan gula menyebabkan efek kesehatan negatif saat dalam keseimbangan energi? Jika asupan energi tidak melebihi pengeluaran energi, individu berada dalam keseimbangan energi atau kehilangan berat badan, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa asupan gula memiliki konsekuensi kesehatan negatif. Tinjauan oleh Moore dan Fielding menyimpulkan bahwa hubungan antara asupan gula dan hasil kesehatan yang negatif terlihat jelas dari studi tentang pemberian makan berlebihan, tetapi dalam kondisi di mana asupan energi seimbang, efek negatif dari gula tidak terlihat.
Atlet yang berada dalam keseimbangan energi yang tepat dapat memanfaatkan gula sebagai sumber bahan bakar tanpa mengalami dampak kesehatan negatif. Bahkan, mengonsumsi gula saat latihan dapat meningkatkan performa dan mempercepat pemulihan otot.
Waktu dan Cara Konsumsi Gula
Waktu konsumsi gula juga penting untuk diperhatikan. Mengonsumsi gula sebelum atau selama aktivitas fisik dapat meningkatkan performa, sedangkan mengonsumsinya setelah berolahraga dapat membantu mempercepat pemulihan. Mengonsumsi gel energi yang mengandung gula segera setelah latihan dapat mempercepat proses pengisian kembali glikogen otot, yang sangat penting untuk pemulihan dan kinerja di sesi latihan selanjutnya.
Namun, penting untuk diingat bahwa jika atlet mengonsumsi gula dalam jumlah tinggi saat tidak berolahraga, risiko kesehatan negatif bisa meningkat. Sebagai contoh, konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan penambahan berat badan, yang berpotensi mengarah pada masalah kesehatan jangka panjang seperti diabetes tipe 2.
Apakah gula buruk bagi atlet? Jawabannya bergantung pada konteks. Gula, dalam jumlah yang sesuai dan pada waktu yang tepat, dapat menjadi sumber energi yang berharga bagi atlet yang aktif. Namun, seperti banyak hal dalam hidup, moderasi adalah kunci. Asupan gula yang berlebihan di luar konteks olahraga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. (Ind/Aye/Sg).
Baca Juga : Gaes !!! Si Manis Gula Bisa Bikin Cepat Tua