Malang, Suaragong – “May day” hari raya para buruh atau pekerja saat pembebasan dari target produksi, melupakan sejenak tentang masalah upah marah dan padanan aturan UU Cipta kerja. Pada May Day tepat 1 Mei, banyak yang turun ke jalan berorasi melalui serikat-serikat pekerja dan longmarch saling bergandengan tangan. Seakan akar rumput ini benar-benar kuat dihadapan para investor dan owners.
Walau hanya sehari momen ini dimanfaatkan parapekerja untuk menumpahkan kekesalan atas jam kerja tepat waktu menerobos lintas macet jalanan dan bonus yang tidak seberapa. Esok mereka tetap balik pada glorifikasi dan pemujaan terhadap pabrik-pabrik serta entitas usaha yang merampas waktu mereka.
Belum lagi hal paling krusial dalam UU Cipta Kerja yang mengekang hak mereka bahkan saat dia menjadi anak-anak mereka tidak lagi mendapatkan tunjangan dari orang tuanya yang seorang buruh. Kesulitan dalam manajemen waktu. Antara cari nafkah dalam shift panjang dan meluangkan waktu untuk handai taulan.
Fenomena Buruh Urban
Fenomena baru berupa buruh urban yang bekerja tanpa kontrak profesional bisa tiba-tiba diberhentikan jika tidak perform. Pemilik usaha membuat peraturan bisa seenaknya saja. Berkedok loyalitas dengan Beban yang tidak sebanding dengan kompensasinya. Ancaman penghentian kerja dan silahkan cari makan di tempat lain jika tidak mentaati aturan.
Walaupun sekarang agak mendingan, banyak Startup yang dipimpin anak muda yang berpikiran visioner bahwa buruh adalah aset perusahaan. Butuh waktu dan tenaga untuk memberikan pelatihan maupun skills. Namun para buruh urban seharusnya lebih banyak berpikir dan berdiskusi tentang masa depannya. Tidak membesar-besarkan namun butuh porsi besar dalam masa depan mereka. Agar manajemen waktu, kesejahteraan istri anak dan jenjang karir buruh lebih dapat perhatian dari sang majikan.
Walaupun para buruh urban tetap keras kepala, konsisten dan berdalih dengan kata Passion. Terus bergaya dan tergerus usianya yang tidak lagi muda diantara coffeshop, event, showbiz dan pabrik-pabrik Startup lainya. Namun teruslah berjuang para buruh urban masih banyak tagihan dan cicilan yang harus engkau bayar tiap bulan hingga beberapa tahun kedepan. (Ind)