Malang, Suaragong – Tahun 2024 menjadi hari kebahagiaan tersendiri bagi 2.3 juta pegawai honorer pemerintah. Dalam waktu dekat mereka akan memiliki Nomor Induk Pegawai (NIP). Artinya mereka akan diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pekerjaan sebagai PNS tentu menjadi dambaan setiap orang. Ada yang keluar uang puluhan juta bahkan ratusan juta hanya ingin menjadi PNS. Tapi ada pula yang tanpa keluar uang Rp 1 bisa lolos test Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
Nah, menjadi menarik dari 2.3 juta pegawai honorer yang akan diangkat menjadi ASN. Yaitu dengan sistem Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), ada dugaan atau ada kemungkinan awalnya menjadi pegawai honorer karena koneksi.
Koneksinya bisa anggota dewan, bisa ketua dewan, bisa pejabat penegak hukuk. Bisa pejabat kepala dinas/kepala organisasi perangkat daerah. Bisa camat, lurah termasuk kepala desa. Jadi dengan bermodal koneksi mereka pegawai honorer akan menikmati hidup enak menjadi ASN.
Tahun 1998, mahasiswa melakukan Gerakan reformasi untuk memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Tapi setelah reformasi, rasanya roda pemerintahaan keblabasan. Praktik KKN masih saja terjadi.
Korupsi dilakukan mulai pejabat pemerintah pusat sampai paling bawah. Kolosi apalagi. Padahal sudah ada larangan untuk mengangkat pegawai honorer. Tapi faktanya hingga kini masih ada 2.3 juta tenaga honorer di seluruh Indonesia. Dimana ada kesempatan disitu peluang dimanfaatkan.
Tak perlu jauh-jauh mengambil contoh ke Jakarta atau ke Kalimantan. Di Malang Raya saja, kemungkinan ada ratusan tenaga honorer yang memanfaatkan koneksi. Bahkan, saking/begitu dekatnya koneksinya saat ini sudah ada yang diangkat menjadi pejabat pemerintah.
Padahal, dulu untuk menjadi PNS harus lolos test CPNS dulu. Ada ratusan soal yang dibuat oleh panitia. Mulai test bakat skolastik, matetima terapan. Bahasa Inggris, pengetahuan umum dan kewarganegaraan dan yang lainnya.
Saat test CPNS saja, dugaan kita ada titipan dari oknum pejabat pemerintah. Sekarang tanpa keluar keringat, hanya bermodal koneksi dan kesabaran. Rupaya saudara kita pegawai honorer akan diangkat menjadi ASN. Enak tenan rek.
Dilihat dari kualitas kerja antara PNS yang lulus test CPNS dan PNS yang berangkat dari tenaga honorer, tentunya sangat berbeda. Yang berangkat dari tenaga honorer, biasanya agak bermalas-masalan dalam bekerja.
Mungkin mereka berfikir, pekerjaan sebagai PNS hanya sebagai simbul atau identitas saja. Lantaran dibelakang, kekayaan mereka sudah berlimpah. Jadi pekerjaan sebagai ASN sebagai pantes-pantesan saja.
Paling penting lagi, semoga kemudahan rejeki pekerjaan yang akan didapat tak ditularkan pada anak cucunya. Artinya tak mendorong anak- cucunya untuk mengadalkan koneksi. Biarlah anak-cucu mereka tumbuh berkembang sesuai kemampuan masing-masing. Semoga kemudahaan yang akan diterima pada tahun ini berbanding lurus dengan kualitas pekerjaannya. Tak bermalas-malasan dalam bekerja dan semoga rejeki yang diterima barokah. (red)