Batu, Suara Gong
Peringati Hari Raya Waisak 2567 BE, ratusan umat Buddha rayakan di Vihara Dhammadipa Arama, Kota Batu, Jawa Timur pada Minggu (4/6/2023).
Kegiatan dimulai sekitar pukul 09.00 WIB dan detik-detik Waisak jatuh pada pukul 10.41.19 WIB. Umat yang hadir tidak hanya dari Kota Batu saja. Tetapi, juga ada umat dari Kota Malang, Kabupaten Malang, Surabaya dan lainnya.
Kegiatan utama, umat berdoa mengelilingi dalam altar Patirupaka Shwedagon Pagoda yang ditengahnya terdapat relik atau abu dari para bhante. Tempat itu merupakan tiruan dari Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar.
Prosesi ibadah dipimpin oleh Bhante Khantidharo Mahathera dan Bhikkhu Karunasilo. Sebelum membacakan paritta-paritta atau doa, kegiatan diawali dengan Bhikkhu Karunasilo menyalakan lilin di depan patung Buddha sebagai simbol penerangan.
Kemudian, seluruh umat bersama para Samanera dan Atthasilani dengan khidmat mengikuti prosesi ibadah yang ada. Panitia juga menyiapkan tempat lain di Dhammasala (aula) Lumbini, Dhammasala Seluwana dan tenda-tenda.
Setelah prosesi ibadah berakhir, sebagian umat melanjutkan sembahyang di Patung Buddha Tidur berukuran besar. Salah satu umat asal Bandung, Erricca Putri (21) mengatakan, dirinya datang bersama teman-teman kuliahnya.
Mahasiswi FISIP Universitas Brawijaya (UB) itu berharap pada perayaan hari raya Waisak tahun ini para umat diberikan kebahagiaan yang melimpah, kedamaian dan cinta kasih sesama manusia.
“Saya bersama UKM Buddhis UB, ada sekitar 20 orang, memang setiap perayaan hari raya Waisak sudah sering ibadah kesini, kami juga sudah kenal dengan bhante-nya atau biksunya yang kemudian mengundang kami kesini,” kata Erricca pada Minggu (4/6/2023).
Bhante Khantidharo Mahathera berpesan, kepada seluruh umat beragama dalam hari raya Waisak tahun ini dapat terus menjaga toleransi, perdamaian, menghindari kekerasan dan berbuat kebajikan. Sebagai informasi, pesan hari raya Waisak tahun ini bertemakan Memperkokoh Moral Membangun Kedamaian.
“Ya kita mengembangkan kebajikan, toleransi, perdamaian, menghindari kekerasan. Kita lebih baik mengalah, mengalah bukan berarti kalah.
Mengalah itu berarti menang, karena tanpa emosi, yang menang panas hati, masih kurang,” katanya. Dia juga berpesan, jelang Pemilu 2024 untuk seluruh umat yang mendapat hak memilih bisa mengikuti sebagaimana mestinya. Bhante Khantidharo berharap, masyarakat dapat mensukseskan Pemilu 224 untuk kepentingan bersama.
“Karena Pemilu bukan untuk mereka saja, Pemilu adalah untuk kita semuakalau kita salah pilih ya kita yang konyol semua. Semua calonnya baik, tidak ada yang mengatakan dirinya jelek, tapi baik dan jelek kan ya warga yang menentukan warga negara, artinya yang mana yang akan dipilih,” katanya.
Kemudian, diharapkan untuk pemimpin terpilih dapat amanah menjalankan roda pemerintahan. Dia berharap tidak ada lagi pemimpin negara atau kepala daerah dan lainnya yang korupsi.
“Kok ya nya pejabat sendiri banyak yang ikut korupsi. Nah inilah karena pemahaman keagamaannya masih minim, masih teori, karena agama tidak ada yang mengajarkan kejahatan,” katanya. ( mf/man)