Probolinggo, Suara Gong. Nelayan Probolinggo, di pesisir Mayangan, punya tradisi sedekah bumi yang dikemas dalam tradisi petik laut. Dilakukan pada bulan Safar, dalam kalender islam, setiap tahunnya. Tahun ini, gelaran tersebut bertepatan dengan bulan kemerdekaan Indonesia.
Petik laut kali ini, diadakan di Pelabuhan Perikanan Mayangan (PPM). Ribuan nelayan dan warga pesisir, ‘tumplek blek’ memenuhi pelabuhan. Dalam tradisi ini, nelayan setempat menyediakan satu perahu khusus yang diberi nama Jitek.
Baca Juga : Gaes !!! Begini Serunya Lomba Rajang Tembakau Pakai Mesin
Jitek ini, berisikan aneka hasil bumi. Mulai dari sayuran, sembako, buah, tebu, ternak unggas, seperti ayam, bebek dan burung dara. Termasuk kepala sapi di bagian ujung perahu kecil itu.
Tradisi ini sudah dilakukan turun temurun sejak zaman nenek moyang dahulu. Sebagai bentuk syukur masyarakat nelayan pada Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala nikmat dan karunia berupa rejeki dan tangkapan hasil laut yang didapat nelayan dari lautan.
Dahulu, jitek yang berisi aneka hasil bumi ini akan ditabrak dan ditenggelamkan ketika sudah sampai di tengah laut. Namun, hal itu kini tidak lagi dilakukan.
“Kalau dulu iya ditenggelamkan, tapi sekarang tidak. Jitek ini boleh diperebutkan oleh nelayan lain di luar Mayangan. Sehingga lebih bermanfaat dan tidak mubazir atau sia-sia. Begitu pula dengan tumpeng, dimakan bersama sesama nelayan di tengah laut, sebagai ungkapan syukur,” kata Lurah Mayangan, Iwan Arif Affandi, Minggu (27/08/2023).
Dalam petik laut kali ini, jitek sudah dibuat sebelum pelaksanaan. Setelah didoakan di pelabuhan, jitek diseret ke tengah perairan utara Pulau Gili. Ada 61 kapal nelayan yang turut serta mengiringi larung jitek ini. Seluruhnya merupakan kapal nelayan Mayangan.
Petik laut kali ini juga berlangsung lebih meriah. Karena pertama kalinya digelar, pasca pandemi covid19. “Sempat vakum sekitar 4 tahun. Baru kali ini dilaksanakan dan lebih meriah. Kami berterima kasih pada semua pihak yang membantu,” kata Ketua Panitia, Kadir.
Sebagai kekayaan tradisi dan budaya masyarakat pesisir Mayangan, tradisi ini diharapkan bisa terus dipertahankan. Sehingga menjadi salah satu agenda tahunan. Yang bisa menarik minat wisatawan. Baik lokal maupun wisatawan asing. Untuk datang dan berkunjung ke Kota Probolinggo. (sty/eko)