Trenggalek, Suara Gong. Tape singkong, siapa yang tak kenal dengan makanan yang identik dengan teknik fermentasi. Yaaa, tape atau tapai menjadi makanan tradisional yang populerkan di Jawa. Tak terkecuali di Kabupaten Trenggalek.
Makanan fermentasi yang terbuat dari singkong dengan rasa manis asam yang legit ini cukup populer di semua kalangan masyarakat. Selain singkong, ada juga tape berbahan baku ketan, ubi dan pisang. Namun yang sering dijumpai, adalah tape jenis singkong dan ketan.
Salah satu pengusaha tape singkong yang ada di Desa Gador Kecamatan Durenan, Siti Fatonah mengatakan membuat tape singkong tak membutuhkan teknik yang sulit. “Kuncinya ada pada proses fermentasi. Untuk fermentasi tape ini, saya menggunakan ragi pada umumnya,” ucapnya saat ditemui dirumah produksi, Rabu (31/05/2023) siang.
Untuk cara pembuatan, wanita 55 tahun ini menjelaskan pertama-tama sediakan bahan baku yakni singkong. Selanjutnya kupas singkong kemudian dipotong-potong menjadi lebih kecil atau sesuai selera dan dicuci sampai bersih.
Selesai di cuci bersih, rebus singkong hingga 3/4 matang lalu didinginkan. Harus dipastikan singkong benar-benar dingin. “Kalau singkong dalam keadaan panas trus difermentasi, maka raginya tidak akan bekerja. Makanya harus ditunggu sampai singkongnya dingin betul. Selanjutnya tinggal menyiapkan tempat atau wadah bersih, kalau saya pakai besek yang dilapisi daun pisang. Masukkan singkong ke wadah lalu diberi ragi,” jelas Tonah sapaan akrabnya.
Setelah proses fermentasi, tape harus didiamkan selama kurang lebih 2-3 hari untuk bisa dikonsumsi.
Sejak 3 tahun terakhir, Tonah menggeluti usaha tape singkong ini. Nama produk tape singkongnya sendiri adalah “Tape Gador”. Pemilihan nama produk Tape Gador ini bukan tanpa alasan, Gador merupakan salah satu desa di ujung utara Trenggalek yang hampir sebagian penduduknya mayoritas memiliki ladang atau kebun singkong.
“Kebetulan warga disini banyak yang menanam singkong. Dan rasa dari singkong Desa Gador ini juga sangat khas. Selain tekstur yang empuk, rasanya juga lebih manis. Tak sedikit pula, singkong khas Desa Gador ini juga diolah menjadi gethuk,” kata Tonah.
Terkait harga jual tape singkong miliknya, ia membandrol dengan harga Rp 6.000 per besek. Harga itu tentu tidak terlalu murah, juga tidak terlalu mahal. Jadi, harga tape singkong buatan Bu Tonah ini sangat ramah di kantong.
Meski, di daerahnya banyak yang menjalani usaha tape singkong. Tak menyurutkan semangat ibu 3 anak ini untuk terus berkompetisi dan berinovasi dalam menjalankan bisnisnya.
“Ya, saya lebih meningkatkan mutu, kualitas, rasa. Agar pembeli mau balik lagi untuk membeli tape disini,” tegasnya.
Selain bisa dikonsumsi langsung, tape singkong ini bisa diolah menjadi kue atau cake. Bisa juga dicampur kedalam minuman, seperti es campur.
“Tape Gador ini juga sangat cocok untuk oleh-oleh. Jika disimpan didalam lemari pendingin (kulkas), tape ini bisa bertahan kurang lebih 1 minggu. Namun jika dibiarkan diluar kulkas, tape ini cuma bisa bertahan 2 hari saja,” pungkas Tonah. (mil/man)