Type to search

Gaya Hidup Hiburan Pemerintahan

Gaes !!! Yuk Melihat Ritual Ongkek, Tandur Tuwuh Warga Tengger, Wujud Rasa Syukur atas Berkah Hasil Bumi yang Melimpah

Share

Probolinggo, Suara Gong. Rangkaian Yadnya Kasada menurut warga suku Tengger, bukan hanya soal larung sesaji ke kawah Gunung Bromo saja. Namun ada piranti penting dalam rangkaian ritual tersebut, antara lain Ongkek dibuat di seluruh desa yang berada di lereng Gunung Bromo.
Ongkek merupakan sebuah pikulan dengan aneka hasil bumi. Mulai dari sayuran, bunga, janur, sampai ‘sari’ atau uang. Pembuatan ongkek, dikerjakan oleh lelaki Tengger secara gotong royong di rumah kepala desa.

Salah satunya yang dilakukan masyarakat Tengger yang berada di wilayah Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo pada ritual Yadnya Kasada setiap tanggal 14 atau bulan purnama Mangsa Ashada (Kasada).

Jelang ritual Yadnya Kasada, salah satu warga Dusun Ngadisari, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura telah mempersiapkan ongkek yang berisikan hasil bumi yang nantinya dibawa ke Pura Luhur Poten kaki Gunung Bromo untuk dilakukan upacara dan doa bersama berlanjut dengan pelaksanaan ritual larung sesaji di kawah Gunung Bromo.

Upacara Yadnya Kasada merupakan sebuah ritual peringatan akan perjuangan nenek moyang masyarakat Tengger yang telah membangun dan melindungi hidup. Pembuatan ongkek ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan yang ada aturannya dan harus ditaati.

Tokoh Masyarakat Tengger Supoyo mengatakan ongkek yang berisikan hasil bumi berupa pisang, jagung, kelapa, singkong, cabai, ubi, wortel, kentang dan makanan lain merupakan sebuah persembahan masyarakat Tengger yang dilarungkan ke tengah kawah dari bibir kawah Bromo pada setiap ritual Yadnya Kasada sebagai ungkapan syukur.

“Sekaligus mengenang riwayat leluhur mereka yakni Joko Seger dan Roro Anteng. Bagian bagian dari ongkek agar menjadi kokoh dan juga sebagai tiang penyangganya adalah berasal dari bambu,”ujar Supoyo, Minggu (04/06/2023) malam.

Tak hanya itu, Supoyo mengatakan, hasil bumi di daerah Tengger dirangkai dan ditata sebaik mungkin. Tentunya yang berkesempatan membawa ongkek dengan bermacam-macam hasil bumi ini untuk dilarung ke kawah Gunung Bromo manakala di wilayah desa tersebut harus benar-benar bersih.

“Artinya tidak ada musibah atau warga yang meninggal dunia menjelang Yadnya Kasada,” katanya. Senada, Kepala Desa Wonotoro, Sarwo Slamet mengatakan, ada filosofi yang terkandung dalam ongkek. Yakni tandur tuwuh. Melambangkan wujud syukur dan berkah. Selama satu tahun, warga diberikan rejeki berupa hasil bumi yang melimpah.

“Karena itulah, ongkek diisi dengan aneka hasil bumi. Mulai dari kentang, bawang, kelapa, pisang, bunga senikir, sampai uang,”tuturnya. Kendati dibuat oleh masing-masing desa di Lereng Tengger, tidak semua desa bisa membuat ongkek saat Yadnya Kasada.

“Jadi ada hitungan memasuki bulan suci. Jika dalam masa hitungan bulan suci menjelang kasada itu ada orag meninggal di desa yang bersangkutan, maka desa tersebut tidak bisa membuat ongkek atau mempersembahkan rasa syukurnya,” terang Sarwo Slamet.
Begitu juga, Sarwo Slamet mengaku, menjelang Yadnya Kasada, desa harus dipastikan bersih dan suci. Artinya tidak ada warga yang meninggal.

Tahun ini, di Wonotoro tidak ada warga yang meninggal. Dalam kurun waktu suci yang sudah ditentukan.
“Sejumlah desa lain di Kecamatan Sukapura, ada yang membuat ataupun tidak membuat ongkek. Desa Ngadas dan Ngadirejo, tahun ini tidak membuat ongkek. Sebab, ada warga desa yang meninggal selama kurun waktu suci yang ditentukan,”sebutnya.

Proses pembuatan Ongkek di Desa Wonotoro pun, kini diminati oleh generasi muda. Salah satunya Agus Prasetyo mengaku bahwa dirinya bangga, menjadi warga Tengger. “Karena itu sebagai generasi muda, kami harus tahu dan paham. Seluk-beluk tradisi kami. Jadi tidak hanya tahu jika ada kasada saja. Melainkan mempersiapkan segala sesuatunya pun harus kami pahami,” katanya.

Remaja 19 tahun ini pun harus belajar banyak. Soal pembuatan ongkek dari pertama kali sampai sudah jadi. Bahan apa saja yang harus digunakan. Serta kombinasi penataan ongkek.“Harus diletakkan sesuai urutannya. Karena memiliki simbol dan arti tersendiri. Termasuk penggunaan bunga senikir yang orang pikir tidak harum ini,”pungkas Agus. (hud/man)

Tags:

You Might also Like