Gejala Putus Kafein yang Kerap Terabaikan, Ini Cara Mengatasinya
Share

SUARAGONG.COM – Siapa yang tidak kenal kafein? Zat stimulan satu ini menjadi teman setia bagi banyak orang dalam bentuk secangkir kopi hangat, teh, cokelat, hingga minuman berenergi. Kafein memang dikenal ampuh mengusir kantuk dan meningkatkan fokus. Tapi, tahukah kamu bahwa jika dikonsumsi berlebihan, kafein bisa memicu ketergantungan? Dan ketika tubuh tiba-tiba berhenti menerima asupan kafein, muncullah gejala putus kafein.
Gejala ini sering kali tidak disadari, padahal bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Lantas, seperti apa ciri-cirinya dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Apa Itu Putus Kafein?
Putus kafein atau caffeine withdrawal adalah kondisi yang terjadi saat tubuh mulai “protes” karena berhenti mendapat asupan kafein yang biasanya rutin dikonsumsi. Ketika tubuh sudah terbiasa menerima kafein, sistem saraf pun menyesuaikan. Nah, saat asupan itu dihentikan tiba-tiba, muncullah berbagai keluhan yang bisa mengganggu kenyamanan.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-5), gejala putus kafein bahkan masuk dalam kategori gangguan kesehatan mental terkait perilaku.
Baca Juga : Gaes !!! Manfaat Kafein Bagi Kesehatan
Penyebab dan Faktor Risiko
Tidak semua orang mengalami putus kafein. Tapi jika kamu terbiasa mengonsumsi kafein dalam jumlah banyak setiap hari—misalnya lebih dari 3–4 cangkir kopi—risiko munculnya gejala ini jauh lebih besar. Semakin tinggi dosis kafein yang biasa dikonsumsi, semakin kuat pula reaksi tubuh saat asupannya dihentikan.
Gejala-Gejala Putus Kafein yang Perlu Diwaspadai
Gejala biasanya muncul dalam 12–24 jam setelah menghentikan konsumsi kafein, dan bisa memuncak dalam 1–2 hari. Umumnya, gejala ini berlangsung selama beberapa hari, bahkan hingga seminggu. Berikut gejala umum yang sering terjadi:
1. Sakit Kepala
Ini adalah gejala yang paling sering muncul. Kafein menyempitkan pembuluh darah, dan saat kamu berhenti mengonsumsinya, pembuluh darah melebar kembali, meningkatkan aliran darah ke otak. Proses inilah yang memicu sakit kepala.
2. Kelelahan
Kafein bekerja dengan cara memblokir adenosin, zat kimia di otak yang menyebabkan kantuk. Ketika kafein tidak lagi menghalangi adenosin, rasa lelah pun muncul lebih kuat.
3. Sulit Fokus
Tanpa kafein, hormon adrenalin menurun dan otak kehilangan stimulasi yang biasa membuatmu fokus dan sigap. Tak heran jika kamu merasa linglung atau sulit berkonsentrasi saat bekerja.
4. Mood Berubah Drastis
Kafein juga meningkatkan dopamin, hormon bahagia. Tanpa asupan rutin, produksi dopamin bisa menurun, membuat suasana hati jadi lebih murung, sensitif, bahkan mudah marah.
5. Tremor
Meski jarang, beberapa orang juga mengalami gemetar, terutama di tangan. Biasanya tremor ini berlangsung singkat, sekitar 2–9 hari.
Baca Juga : Americano, Long Black, Kopi Tubruk: Apa Sih Bedanya?
Cara Mengatasi Gejala Putus Kafein
Tenang, gejala putus kafein bisa diatasi. Kuncinya adalah memberi waktu bagi tubuh untuk beradaptasi, serta melakukan beberapa langkah berikut:
-
Kurangi kafein secara bertahap. Jangan hentikan tiba-tiba. Misalnya, mulai dengan mengurangi jumlah cangkir kopi per hari atau beralih ke kopi decaf.
-
Perbanyak minum air putih. Hidrasi yang cukup membantu meredakan sakit kepala dan mengurangi rasa lelah.
-
Tidur cukup. Usahakan tidur malam selama 7–9 jam untuk membantu tubuh pulih.
-
Minum obat antinyeri jika perlu. Jika sakit kepala tidak tertahankan, obat bebas seperti parasetamol bisa membantu meredakannya.
Putus kafein memang bukan kondisi serius, tapi bisa cukup mengganggu jika tidak ditangani dengan baik. Jadi, jika kamu berniat mengurangi konsumsi kafein, lakukanlah secara perlahan dan sadarilah sinyal tubuhmu. Dengan pendekatan yang tepat, tubuh bisa kembali bertenaga dan berfungsi optimal, bahkan tanpa secangkir kopi pagi! (aye)