Type to search

Gaya Hidup Kuliner Wisata

Hidden Gem Kedai Kopi Hamur Mbah Ndut di Kawasan Kayutangan Heritage

Share
Hamur Mbah Ndut

SUARAGONG.COM – Kawasan Kampoeng Heritage Kajoetangan memang tak pernah kehilangan pesona. Selain deretan bangunan lawas di sepanjang Jalan Basuki Rahmat yang sudah menjadi ikon, lorong-lorong kecil atau koridor dalam di kawasan ini ternyata juga menyimpan banyak kejutan. Salah satunya adalah sebuah rumah tua berusia lebih dari seabad yang kini menjelma jadi kedai kopi unik: Hamur Mbah Ndut.

Kedai Kopi Wajib di Kayutangan: Hamur Mbah Ndut

Kedai ini sederhana saja. Menu yang ditawarkan bukanlah racikan kopi modern ala specialty coffee shop, melainkan kopi tubruk, kopi susu, hingga sekoteng hangat yang akrab di lidah orang Jawa. Lengkap dengan jajanan pasar seperti onde-onde, semuanya dibanderol dengan harga yang ramah di kantong.

Rudi Haris, pemilik sekaligus pengelola kedai, menyebut daya tarik utama Hamur Mbah Ndut justru terletak pada suasananya. “Ini rumah dari eyangnya istri saya. Dari dulu dikenal sebagai rumahnya Mbah Ndut, karena beliau bertubuh gendut. Rumah ini sekaligus punden bagi keluarga besar, jadi punya nilai sejarah tersendiri,” jelasnya.

Old But Gold

Rumah yang dalam bahasa Malangan disebut “hamur” ini berdiri sejak 1923. Lokasinya di Jalan Basuki Rahmat Gang 4 No 938, hanya sepelemparan batu dari jalan utama. Bentuk atap pelana, jendela besar, dan ubin kuning yang masih asli membuat siapa pun yang masuk langsung dibawa kembali ke suasana tempo dulu.

Perabot lawas juga masih setia menemani: kursi kayu, lemari tua, teko, timbangan, radio keluaran tahun 1961, hingga televisi jadul. Bahkan beberapa kwitansi pembelian barang antik itu masih disimpan rapi.

“Radio itu dulu saya beli Rp6.900 di Toko Srikandi. Kwitansinya masih ada, jadi saya pajang juga biar jadi cerita,” tutur Rudi sembari tersenyum.

Sebelum jadi kedai kopi, Rudi mengelola toko sembako di rumah tersebut. Namun, sejak 2018 ketika Pemkot Malang menetapkan Kayutangan sebagai kawasan heritage, ia melihat peluang. Kedai kecil ini pun lahir, sekaligus menjadi salah satu warung kopi pertma di gang dalam Kayutangan Heritage.

Siap Melayani Mulai Pagi

Jam bukanya fleksibel. Biasanya Rudi mulai melayani tamu sejak pukul 08.00 WIB, tutup menjelang magrib, lalu buka kembali setelah Isya. Sejak awal berdiri, pengunjungnya datang dari beragam kalangan. Mulai dari warga lokal yang mencari suasana hangat, hingga wisatawan dari Malaysia, Perancis, Swiss, dan berbagai negara lain.

“Banyak tamu asing yang kaget. Mereka bilang, kopi seenak ini kok harganya cuma lima ribu. Mereka betah nongkrong, apalagi suasananya homey banget. Kalau butuh cerita tentang sejarah rumah, biasanya saya minta bantuan tetangga yang bisa Bahasa Inggris,” ungkap Rudi.

Kini, Hamur Mbah Ndut menjadi salah satu hidden gem di kawasan Kayutangan Heritage. Bukan hanya soal kopi atau onde-onde yang mengenyangkan, melainkan juga pengalaman menyusuri lorong kecil Malang, masuk ke rumah tua bersejarah, lalu duduk santai ditemani suasana yang hangat dan penuh cerita.

“Harapan saya, kedai ini bisa terus jadi ruang singgah. Bukan hanya untuk minum kopi, tapi juga untuk mengenal sejarah, budaya, dan keramahan orang Malang,” pungkas Rudi. (fat/aye)

Tags:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69
  • sultan69