Type to search

Ekonomi Malang

Kabupaten Malang Jadi Produsen Jeruk Terbesar di Jawa Timur

Share
Kabupaten Malang kini resmi menjadi produsen jeruk terbesar di Jawa Timur Sejak tahun 2024 hingga sekarang dan salib Banyuwangi

SUARAGONG.COM – Kabupaten Malang kini resmi menjadi produsen jeruk terbesar di Jawa Timur. Sejak tahun 2024, produksi jeruk di wilayah ini terus meningkat pesat hingga berhasil menyalip Kabupaten Banyuwangi yang sebelumnya menduduki posisi puncak.

Produsen Jeruk Terbesar di Jawa Timur Adalah Kabupaten Malang

Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (DPTHP) Kabupaten Malang, pada tahun 2023 produksi jeruk tercatat mencapai 3.531.485 ton. Angka ini naik signifikan pada tahun 2024 menjadi 3.768.134 ton.

Sebaliknya, Banyuwangi justru mengalami penurunan drastis. Jika pada tahun 2023 daerah tersebut mampu menghasilkan 7.003.033 ton jeruk, maka di tahun 2024 produksinya turun tajam menjadi hanya 1.884.850 ton.

Kepala DPTHP Kabupaten Malang, Avicenna Medisica Saniputera, membenarkan bahwa geliat industri jeruk di daerahnya memang tengah meningkat pesat.

“Industri jeruk di Kabupaten Malang sedang naik luar biasa dan menjadi penghasil jeruk terbesar di Jawa Timur,” ujarnya saat dikonfirmasi belum lama ini.

Baca Juga :Kabupaten Malang Luncurkan Logo Hari Jadi ke-1265

Potensi Kabupaten Malang

Menurut Avicenna, faktor geografis dan iklim menjadi keunggulan utama Kabupaten Malang. Kondisi tanah yang subur dan cuaca yang stabil membuat tanaman jeruk tumbuh optimal sepanjang tahun. Selain itu, harga jual jeruk juga relatif stabil di pasaran.

“Banyak petani apel yang bergeser ke jeruk. Petani hortikultura juga banyak yang beralih ke jeruk karena hasilnya lebih menjanjikan,” tambahnya.

Salah satu petani jeruk asal Desa Karangwidoro, Kecamatan Dau, Suwanto (48), mengaku mulai beralih dari petani sayur menjadi petani jeruk karena dinilai lebih menguntungkan. Ia kini menggarap lahan seluas 1.800 meter persegi yang ditanami jeruk baby.

“Setidaknya kalau jadi petani jeruk itu tidak sampai minus. Waktu masih jadi petani sayur dulu bisa sampai rugi banyak,” ungkap Suwanto.

Menurutnya, hasil panen jeruk sangat bergantung pada usia pohon dan tingkat perawatan. Pohon berusia sekitar 12 tahun bisa menghasilkan hingga dua kuintal jeruk sekali panen, sementara pohon muda hanya sekitar 70 kilogram.

“Kalau umur pohonnya sudah puluhan tahun, hasilnya semakin banyak. Semakin dirawat, hasilnya juga semakin bagus,” jelasnya.

Suwanto menambahkan, tantangan utama dalam budidaya jeruk hanya pada serangan hama. Sementara perubahan cuaca dan ketersediaan pupuk tidak menjadi kendala berarti.

Dengan perawatan yang relatif mudah dan harga yang stabil, banyak petani di wilayah Kecamatan Dau kini turut beralih menjadi petani jeruk.

“Dulu banyak yang tanam sayur, jagung, dan padi. Tapi karena cari pupuk sulit, mereka beralih ke jeruk,” pungkasnya. (Nif/Aye)

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *