Kenapa Gen Z Lebih Tergoda Paylater dari Pada Kartu Kredit?
Share

SUARAGONG.COM – Generasi Z kini semakin identik dengan gaya hidup digital yang serba praktis. Dalam urusan belanja atau transaksi sehari-hari, mereka lebih sering menggunakan layanan paylater atau buy now pay later (BNPL) ketimbang mengandalkan kartu kredit.
Diantara Gen Z dan Paylater
Fenomena ini bukan tanpa alasan. Menurut Melvin Mumpuni, perencana keuangan sekaligus CEO & Founder Finansialku, layanan paylater begitu mudah dijangkau oleh anak muda karena sudah terintegrasi dengan aplikasi sehari-hari.
“Paylater mudah diakses oleh Gen Z melalui aplikasi ojek online, pesan makanan online, dompet digital, beli pulsa, hingga top up game.” Jelas Melvin, Senin (8/9).
Selain faktor aksesibilitas, promo yang kerap ditawarkan juga membuat layanan paylater makin menggoda. Membuat Gen Z Gatal ngeklik di Gadgetnya.
“Misalnya ada potongan harga jika bayar makanan lewat paylater. Hal ini membuat konsumen akhirnya lebih tergiur untuk memakainya,” tambahnya.
Baca Juga : OJK Susun Aturan Baru Paylater, Batasi Usia dan Gaji Minimal Nasabah
Limit Lebih Kecil, Proses Lebih Cepat
Melvin juga menekankan, limit paylater biasanya relatif kecil, di bawah Rp3 juta. Artinya, lebih cocok untuk transaksi harian ketimbang kartu kredit yang biasanya punya limit besar tapi syarat pengajuannya lebih rumit.
Hal senada disampaikan perencana keuangan Eko Indarto. Ia menilai, kesederhanaan prosedur paylater jadi daya tarik utama bagi Gen Z.
“Mereka lebih suka paylater karena prosedurnya mudah dan cepat. Sebagai pendanaan jangka pendek yang sifatnya konsumtif, paylater memang lebih praktis bagi Gen Z,” ujarnya.
Baca Juga : Purbaya Yudhi Sadewa Dilantik Jadi Menteri Keuangan: Fokus Pulihkan Ekonomi
Kartu Kredit Masih Punya ‘PR’
Meski paylater sedang naik daun, bukan berarti kartu kredit hilang pamor. Namun, ada beberapa faktor yang membuat anak muda lebih berpikir ulang untuk menggunakannya.
Berdasarkan catatan dari Online Pajak, berikut beberapa kekurangan kartu kredit yang sering dikeluhkan:
- Proses pengajuan rumit – tidak semua orang bisa lolos verifikasi.
- Risiko menumpuk utang – jika tak bijak, beban cicilan bisa makin berat.
- Mendorong perilaku konsumtif – transaksi tanpa batas sering jadi jebakan.
- Bunga tahunan tinggi – biaya tambahan yang wajib dibayar tiap tahun.
- Denda besar jika telat bayar – bunga dihitung dari total tagihan, dan bisa berpengaruh pada penilaian kredit.
Serba Praktik Ala Gen Z Banget
Bisa dibilang, paylater lebih cocok untuk kebutuhan praktis sehari-hari, sementara kartu kredit masih relevan untuk kebutuhan yang lebih besar dan terencana. Bagi Gen Z yang gemar segala sesuatu serba cepat dan mudah, tak heran jika layanan paylater jadi primadona baru. (Aye)