Type to search

Cuaca

Gaes !!! Antisipasi Cuaca Ekstrem, La Nina Diperkirakan Menimpa Indonesia hingga Maret 2025

Share
La Nina adalah fenomena iklim yang memicu peningkatan curah hujan secara berlebihan, disebabkan oleh penurunan suhu permukaan laut.

SUARAGONG.COM – Sejak 2020, Indonesia mengalami perubahan cuaca yang semakin nyata akibat fenomena iklim ekstrem. Salah satunya adalah El Nino, yang memicu rekor panas di berbagai kota di Indonesia pada 2023 dan juga di beberapa negara lain di dunia. Kini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi fenomena La Nina akan melanda Indonesia mulai Oktober 2024 hingga Maret 2025.

La Nina adalah fenomena iklim yang memicu peningkatan curah hujan secara berlebihan, disebabkan oleh penurunan suhu permukaan laut di kawasan tropis Samudera Pasifik hingga di bawah 0,5 derajat Celsius. BMKG memperkirakan, selama La Niña, curah hujan di Indonesia bisa meningkat hingga 20-40 persen dibandingkan dengan tahun netral.

Curah Hujan Lebih Tinggi Diprediksi Terjadi

BMKG dalam laporan Prakiraan Musim Hujan 2024/2025 menyatakan bahwa La Nina akan melanda Indonesia mulai Oktober 2024 hingga Maret 2025. Berdasarkan prediksi Indeks ENSO, peluang La Nina muncul pada Oktober 2024 cukup besar, sementara IOD (Indian Ocean Dipole) diperkirakan akan tetap dalam fase netral hingga setidaknya Februari 2025.

BMKG juga mencatat suhu muka laut di perairan Indonesia akan cenderung berada pada kondisi netral hingga sedikit menghangat, dengan kisaran 0 hingga +2 derajat Celsius. Sementara itu, kelembapan udara akan bervariasi, dengan kelembapan permukaan berkisar antara 68-73%, dan diprediksi mencapai 64-77% pada Dasarian I November 2024. Kelembapan di lapisan 850mb diperkirakan mencapai 60-79%, sedangkan pada lapisan 700mb di kisaran 59-78%. Rata-rata suhu udara permukaan diprediksi antara 25-27 derajat Celsius, dengan potensi mencapai 25-28 derajat Celsius pada November mendatang.

Selama La Nina, curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi meningkat hingga 20-40 persen pada periode Juni-Agustus (JJA) dan September-November (SON), sedangkan pada periode Desember-Februari (DJF) serta Maret-Mei (MAM), peningkatan curah hujan diperkirakan akan meluas terutama di wilayah barat Indonesia akibat pengaruh angin monsun.

Baca juga : Beberapa Wilayah Indonesia Hadapi Cuaca Panas Ekstrem

BMKG juga mengingatkan bahwa kondisi ini bukan berarti Indonesia tidak mengalami musim kemarau, melainkan kemarau yang basah—ditandai dengan curah hujan yang cukup tinggi selama periode kemarau tersebut.

Kondisi curah hujan yang meningkat ini membawa risiko bencana ikutan seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, hingga puting beliung dan badai tropis. Meski begitu, BMKG belum dapat memastikan kapan tepatnya puncak La Nina akan terjadi. Masyarakat diimbau untuk terus waspada dan mempersiapkan diri menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem, termasuk lonjakan suhu panas dan hujan berkepanjangan yang dapat terjadi secara tiba-tiba. (acs)

 

 

Baca berita terupdate kami lainnya melalui google news

 

Tags:

You Might also Like

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Social Media Auto Publish Powered By : XYZScripts.com