SUARAGONG.COM – Saat pertama kali mendengar konsep antifragile, saya langsung teringat pengalaman pribadi ketika menghadapi berbagai tekanan hidup yang hampir membuat saya menyerah. Antifragile itu lebih dari sekadar menjadi tangguh atau kuat. Bukan hanya bertahan di tengah badai, tapi berkembang menjadi lebih baik setiap kali mendapat tantangan. Kalau saya boleh jujur, konsep ini benar-benar mengubah cara saya melihat masalah dalam hidup.
Awalnya, saya pikir kunci sukses itu hanya soal bertahan. Selama bertahun-tahun, saya merasa bahwa jika bisa tetap berdiri meski dunia rasanya runtuh, itu sudah cukup. Tapi kemudian saya sadar bahwa hanya bertahan nggak cukup. Ada banyak momen di mana tekanan, stres, dan kegagalan yang saya alami justru membawa saya ke level berikutnya. Ini bukan berarti saya selalu merasa nyaman dengan hal itu—kadang frustrasi juga sih—tapi perlahan saya mulai memahami bahwa setiap kali saya terjatuh, saya jadi lebih kuat setelah bangkit lagi.
Nah, mari kita bicara soal bagaimana kita bisa membangun mental yang antifragile. Berikut ini beberapa hal yang sudah saya pelajari.
1. Belajar Dari Kegagalan
Saya ingat banget momen di mana saya merasa benar-benar gagal. Waktu itu, saya sedang memulai proyek yang menurut saya bakal besar, tapi semuanya berantakan. Bayangkan, setelah berminggu-minggu kerja keras, hasilnya justru jauh dari ekspektasi. Dulu, saya pasti akan langsung terpuruk, mungkin malas memulai hal baru lagi.
Tapi kali ini beda. Saya mulai bertanya pada diri sendiri, “Apa yang bisa saya pelajari dari kegagalan ini?” Dan jujur saja, ini adalah pertanyaan yang mengubah segalanya. Daripada menghindari rasa sakit karena gagal, saya mulai menghadapi kegagalan sebagai bagian dari proses belajar. Salah satu hal yang saya pelajari adalah bahwa kegagalan itu normal dan bahkan diperlukan untuk tumbuh. Semakin kita menghadapi kegagalan, semakin tangguh mental kita.
Jadi, kalau kamu merasa gagal, jangan buru-buru berpikir negatif. Alih-alih merasa hancur, coba lihat sisi positifnya. Apa yang bisa dipetik dari pengalaman tersebut?
Baca juga : Dampak Sosial Media terhadap Kesehatan Mental
2. Latih Pikiran untuk Menerima Ketidakpastian
Ada satu hal yang saya sadari tentang hidup ini: nggak ada yang pasti. Seringkali, kita takut dengan perubahan atau hal-hal yang nggak terduga. Ini terjadi pada saya berkali-kali, sampai akhirnya saya menyadari bahwa ketidakpastian itu sendiri bisa jadi kesempatan.
Membangun mental antifragile itu seperti melatih otot. Semakin sering kita terpapar ketidakpastian dan tetap bisa berdiri tegak, semakin kuat mental kita. Dulu, saya adalah tipe orang yang selalu ingin punya rencana B, C, sampai Z. Tapi semakin lama, saya belajar untuk lebih santai dan menerima bahwa rencana bisa berubah kapan saja.
Ketidakpastian sering kali membawa hal-hal baru yang nggak kita duga. Daripada khawatir tentang hal-hal yang belum pasti, kita bisa memfokuskan energi pada cara-cara kreatif untuk beradaptasi. Kalau ada perubahan mendadak, pikirkan ini sebagai tantangan yang bisa membuatmu lebih baik. Kadang-kadang, yang perlu kita lakukan hanyalah menerima bahwa kita nggak bisa mengendalikan semuanya.
3. Perkuat Diri Lewat Keterampilan Adaptasi
Pernah nggak kamu merasa stuck dalam situasi yang bikin stres? Saya pernah, dan sering kali jawabannya adalah fleksibilitas. Kuncinya adalah keterampilan adaptasi. Mental yang antifragile itu bukan hanya tentang menjadi kuat saat menghadapi tekanan, tapi juga bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang terus berubah.
Saya belajar ini saat karier saya mengalami pasang surut. Ada momen di mana saya benar-benar merasa kehilangan arah, tapi justru di situlah saya belajar untuk menambah keterampilan baru. Baik itu belajar sesuatu yang baru, mengasah keterampilan lama, atau mencoba cara-cara baru dalam menyelesaikan masalah, kemampuan beradaptasi membuat kita jadi lebih tangguh.
Hal yang paling membantu adalah tetap memiliki growth mindset—percaya bahwa kemampuan kita bisa selalu dikembangkan. Setiap kali kita belajar hal baru, kita sedang memperkuat kemampuan untuk menghadapi tantangan berikutnya. Jadi, jangan pernah berhenti belajar.
Baca juga : Hari Kesehatan Mental di Tempat Kerja, Mewujudkan Lingkungan Kerja yang Suportif
4. Bersikap Positif Tapi Realistis
Salah satu hal yang nggak boleh dilewatkan saat membangun mental antifragile adalah memiliki sikap positif yang realistis. Positif di sini bukan berarti mengabaikan masalah atau berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Itu naif. Saya belajar bahwa menjadi positif yang realistis artinya kita bisa melihat masalah apa adanya, tapi tetap percaya bahwa kita punya kemampuan untuk mengatasinya.
Kadang-kadang, yang kita butuhkan adalah perspektif baru. Di tengah tekanan, mudah untuk tenggelam dalam pikiran negatif, tapi mental antifragile mengajarkan kita untuk tetap tenang dan fokus mencari solusi. (acs)