SUARAGONG.COM – Dalam sebuah insiden yang mengguncang Lebanon beberapa hari lalu, sebuah pager milik anggota kelompok Hizbullah meledak dengan kekuatan yang mengejutkan. Laporan terbaru menunjukkan bahwa perangkat tersebut diperkirakan telah dimodifikasi oleh badan intelijen Israel, Mossad, untuk berfungsi sebagai alat peledak. Kejadian ini tidak hanya mengungkapkan taktik baru yang digunakan dalam perang asimetris, tetapi juga meningkatkan ketegangan yang sudah tinggi antara Israel dan Hizbullah.
Menurut laporan yang dipublikasikan oleh Sky News Arabia dan dikutip oleh New York Post, Mossad dilaporkan telah mencegat pengiriman pager beberapa bulan sebelumnya. Dalam proses modifikasi, agen-agen intelijen Israel menyisipkan bahan peledak berbahaya bernama Pentaerythritol tetranitrate (PETN) ke dalam baterai pager tersebut. Ini bukan pertama kalinya kelompok-kelompok bersenjata menggunakan perangkat teknologi sehari-hari untuk tujuan militer, tetapi cara yang digunakan oleh Mossad menunjukkan tingkat inovasi yang mengkhawatirkan.
Pakar Investigasi Kebakaran, Jerry Back, mengomentari peristiwa tersebut dengan mengingatkan pada penggunaan alat peledak rakitan (IED) yang sering terlihat dalam konflik di Irak dan Afghanistan. Back menjelaskan bahwa proses modifikasi perangkat menjadi alat peledak telah menjadi praktik umum di kalangan kelompok pemberontak, yang memanfaatkan teknologi untuk tujuan destruktif.
“Mereka memodifikasi ponsel menjadi alat peledak. Mereka memasukkan bahan-bahan yang berenergi dan menempatkannya di pinggir jalan untuk meledakkan kendaraan yang melintas.” Tuturnya.
Ledakan pager terjadi pada Selasa pagi waktu setempat. Dan sumber keamanan yang berbicara dengan Reuters menyebutkan bahwa perangkat yang meledak adalah model terbaru yang baru saja diterima oleh Hizbullah. Dalam pernyataannya, seorang pejabat Hizbullah kepada Wall Street Journal juga menambahkan bahwa beberapa anggota organisasi tersebut merasakan pager menjadi sangat panas sebelum akhirnya mereka membuangnya. Diduga tindakan ini yang mungkin menyelamatkan nyawa mereka.
Insiden Memicu Reaksi Keras dari Hizbullah
Seperti yang diharapkan, insiden ini memicu reaksi keras dari Hizbullah dan pejabat Lebanon lainnya. Mereka secara tegas menuding Israel sebagai dalang dibalik serangan tersebut. Serta bersumpah untuk melakukan balas dendam. Ketegangan antara Hizbullah dan Israel, yang sudah berlangsung selama beberapa dekade, dipastikan akan semakin meningkat pasca-insiden ini. Masing-masing pihak saling mengintai. Dan pernyataan-pernyataan provokatif hanya akan menambah ketegangan yang ada.
Baca juga: Perang Israel vs Hizbullah di Dataran Tinggi Golan
Namun, meskipun banyak spekulasi mengenai serangan tersebut, pihak Israel memilih untuk tetap diam dan menolak memberikan komentar. Sikap ini sering kali menjadi strategi Israel dalam menghadapi tuduhan-tuduhan semacam ini. Karena untuk menjaga ambiguitas dan untuk menghindari konfrontasi langsung.
Dengan semakin kompleksnya situasi di kawasan tersebut, insiden ledakan ini tidak hanya mengguncang keamanan lokal. Tetapi juga berpotensi memicu respons yang lebih besar dari kedua belah pihak. Kekhawatiran akan kemungkinan eskalasi konflik dan dampaknya terhadap stabilitas Lebanon serta kawasan Timur Tengah secara keseluruhan menjadi semakin nyata. Dalam konteks ini, peristiwa ini mencerminkan pergeseran taktik yang mungkin akan menjadi bagian dari konflik yang lebih luas dan berkelanjutan.
Ketika ketegangan terus meningkat, dunia menyaksikan dengan cermat langkah-langkah berikutnya yang akan diambil oleh Hizbullah dan Israel. Serta dampaknya terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan yang sudah rapuh ini. (rfr)