Gaes !!! Pemimpin Barat Marah kepada Netanyahu di Tengah Konflik
Share

SUARAGONG.COM – Eskalasi konflik di Timur Tengah semakin meningkat setelah serangan militer Israel terhadap markas pasukan penjaga perdamaian Lebanon (UNIFIL) pada Kamis, 10 Oktober lalu. Serangan ini semakin diperparah dengan serangan yang dilancarkan Israel terhadap tenda-tenda pengungsi di Rumah Sakit Al-Aqsa di Gaza, yang mengakibatkan tiga orang tewas dan 40 lainnya terluka. Dalam situasi yang semakin memanas ini, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, bukannya mendorong upaya gencatan senjata, malah memperburuk keadaan. Tindakan tersebut membuat pemimpin-pemimpin negara Barat semakin muak dengan sikap Netanyahu.
Presiden Prancis
Salah satu pemimpin yang menunjukkan ketidakpuasan tersebut adalah Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Dalam pertemuan tertutup bersama kabinet di Istana Elysee, Macron memberikan sindiran tajam kepada Netanyahu. Ia mengingatkan bahwa Israel didirikan berdasarkan keputusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menegaskan bahwa Netanyahu seharusnya tidak melupakan hal tersebut.
“Tuan Netanyahu tidak boleh lupa bahwa negaranya didirikan berdasarkan keputusan PBB.” Ucapnya.
Macron mengacu pada resolusi yang disahkan oleh Majelis Umum PBB pada November 1947, yang membagi Palestina menjadi negara Yahudi dan negara Arab. Menurut Macron, ini adalah waktu yang tidak tepat untuk mengabaikan keputusan PBB.
Presiden Amerika Serikat
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, juga mulai menunjukkan ketidakpuasannya terhadap Netanyahu. Biden menilai bahwa Netanyahu enggan mematuhi resolusi gencatan senjata yang dikeluarkan oleh PBB. Keberatan Biden semakin memuncak ketika Netanyahu terus melanjutkan serangan terhadap Lebanon dan Iran. Dalam sebuah pernyataan yang mencolok, Biden menyebut Netanyahu sebagai “pembohong keparat,” mengekspresikan kemarahannya terhadap kebijakan yang diambil oleh pemimpin Israel tersebut.
Baca Juga: Makin Menggila, Israel Bombardir Distrik Kristen di Lebanon
Perdana Menteri Spanyol
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, juga tidak ketinggalan dalam mengungkapkan rasa muaknya terhadap Netanyahu. Dalam forum World In Progress di Barcelona, Sanchez mendesak masyarakat internasional untuk segera menghentikan pengiriman senjata ke Israel. Ia berargumen bahwa tanpa senjata, tidak akan ada perang. Dan menyerukan agar negara-negara di Timur Tengah segera mengambil tindakan untuk meredam kekerasan yang ditimbulkan oleh Israel di Gaza. Sanchez menilai peta jalan yang diambil oleh Netanyahu berupaya menggagalkan solusi dua negara, yang seharusnya menjadi alternatif untuk meredakan konflik di Palestina.
Kanselir Jerman
Kanselir Jerman, Olaf Scholz, pun menunjukkan ketidakpuasan yang sama. Scholz menolak untuk melakukan ekspor senjata kepada Israel, keputusan ini didukung oleh wakilnya, Robert Habeck, dan Menteri Luar Negeri, Annalena Baerbock. Dalam diskusi internal, Scholz menekankan pentingnya mematuhi hukum humaniter internasional. Ia mengungkapkan bahwa pengiriman senjata ke Israel dapat menimbulkan risiko yang harus dihindari.
Ketidakpuasan dari para pemimpin negara Barat ini mencerminkan kebangkitan suara kritis terhadap kebijakan Netanyahu. Dalam situasi yang semakin mendesak ini, harapan akan gencatan senjata dan penyelesaian diplomatik tampaknya semakin menjauh.
Ketidakmampuan Netanyahu untuk mendengarkan desakan internasional dan menghindari konflik hanya akan memperburuk keadaan di kawasan yang sudah penuh ketegangan ini. Dengan semakin banyaknya pemimpin yang bersuara melawan tindakan agresif Israel, masa depan perdamaian di Timur Tengah kini tergantung pada kemampuan untuk menemukan jalan keluar yang konstruktif. (rfr)
Baca Berita Terupdate lainnya melalui google news