1. Cerita yang Terpecah
Di film ini, Arthur Fleck kini terkurung di Arkham Asylum, terjebak dalam dunia kegelapan yang ia ciptakan. Di tempat tersebut, ia bertemu dengan seorang penggemar fanatik yang menjadi sosok penting dalam hidupnya. Di sini, kita juga diperkenalkan dengan karakter baru yang diperankan oleh Lady Gaga, yang memberikan dampak signifikan terhadap perjalanan cerita.
Meski premisnya menjanjikan, narasi film ini terasa kurang fokus. Film ini terbagi menjadi dua bagian utama: bagian pertama mengeksplorasi kehidupan Arthur di Arkham, sementara bagian kedua lebih berfokus pada drama pengadilan. Sayangnya, transisi antara kedua bagian ini terasa kurang mulus, membuat film terkesan “terpecah” dalam pendekatannya.
2. Penampilan Memukau
Salah satu kekuatan utama film ini terletak pada penampilan para pemainnya. Joaquin Phoenix kembali menunjukkan keahlian akting yang luar biasa, berhasil menunjukkan perbedaan yang tajam antara kepribadiannya sebagai Arthur Fleck dan Joker. Kepercayaan dirinya saat bertransformasi menjadi Joker kontras dengan keputusasaan Arthur, dan ini menjadi salah satu daya tarik film.
Lady Gaga juga memberikan penampilan yang solid. Karakternya, yang digambarkan sebagai penggemar setia Joker, menjadi sorotan dalam banyak adegan. Namun, perannya terkadang terasa terjebak dalam elemen yang kurang relevan dengan alur utama cerita.
3. Elemen Musikal yang Membingungkan
Salah satu elemen yang paling kontroversial dalam film ini adalah hadirnya adegan-adegan musikal. Meskipun bisa dimaklumi mengingat keterlibatan Lady Gaga, banyak adegan ini justru terasa tidak pada tempatnya. Beberapa adegan musikal memang memiliki tujuan dalam menyampaikan pesan tertentu, tetapi pada banyak kesempatan lainnya, elemen ini terasa mengganggu dan memperlambat alur cerita.
Penonton mungkin bertanya-tanya apakah adegan-adegan musikal ini hanya ada karena kehadiran Lady Gaga. Di banyak titik, elemen ini tampak dipaksakan, yang pada akhirnya mengalihkan perhatian dari inti cerita.
Baca juga : Trailer Joker: Folie A Deux Tampilkan Adegan Gila
4. Produksi Visual yang Mengagumkan
Di sisi lain, Joker: Folie à Deux menawarkan visual yang memukau. Pencahayaan, desain produksi, dan sinematografi bekerja dengan baik dalam menciptakan suasana kelam yang meliputi film ini. Beberapa adegan bahkan menampilkan tracking shots yang mengesankan, membawa penonton lebih dalam ke dunia Joker yang penuh tekanan dan gelap.
Namun, meski visualnya mengesankan, aspek ini tidak cukup untuk menutupi masalah pacing dan alur cerita yang terasa berantakan. Film ini tampak seperti dua karya yang berbeda yang dipadukan tanpa harmoni yang jelas.
Keseluruhan, Joker: Folie à Deux terasa seperti sekuel yang tidak direncanakan dengan matang. Meskipun penampilan aktor utamanya sangat mengesankan, elemen cerita yang terpecah dan adegan musikal yang membingungkan membuat film ini kurang fokus dan tidak sebanding dengan film pendahulunya.
Bagi Anda yang mengharapkan sesuatu yang setara atau bahkan lebih baik dari Joker (2019), mungkin akan sedikit kecewa. Film ini, meskipun dibalut dengan estetika khas Joker, sering kali terasa seperti cat yang mengering—menarik perhatian pada awalnya, tetapi mudah terlupakan. (acs)