Malang, Suara Gong. Rumah tumbuh akhir-akhir ini sedang ramai menjadi topik pembahasan. Konsep rumah yang satu ini, biasanya digunakan oleh pasangan muda ataupun keluarga yang berjumlah dua hingga empat orang.
Kenapa sih dinamakan sebagai rumah tumbuh? Lantas apa bedanya dengan konsep-konsep rumah pada umumnya? Menilik kembali di awal, bahwa konsep rumah tumbuh ini banyak digunakan oleh pasangan muda atau keluarga dengan jumlah anggota sebanyak dua hingga empat orang. Dimana konsep ini cocok untuk mereka karena dapat menyesuaikan budget atau keuangan.
Rumah tumbuh atau growing house, umumnya memiliki proses pembangunan yang diselesaikan dalam jangka waktu panjang. Dengan menggunakan konsep ini, akan terdapat lahan yang tersisa dimana nantinya akan dikembangkan lagi untuk sebuah ruangan di masa mendatang. Mmaksimalkan budget yang ada dengan menggunakan sebagian lahan terlebih dahulu, growing house ini menjadi konsep yang cocok digunakan.
Uniknya dalam konsep ini yaitu, selagi merencanakan kembali proses pembangunan secara menyeluruh, kamu bisa menabung untuk membangun lagi lahan yang tersisa tanpa harus membongkar ulang konsep rumah yang sudah jadi sebelumnya.
Terdapat dua jenis rumah tumbuh. Yaitu rumah tumbuh horizontal dan rumah tumbuh vertikal. Jika kamu ingin menggunakan konsep rumah tumbuh horizontal, lahan yang kamu miliki setidaknya dua kali luas bangunan awal. Karena pembangunan ruangan akan menyamping.
Sedangan rumah tumbuh vertikal, cocok bagi kamu yang tidak memiliki lahan luas. Proses pembangunan rumah yang satu ini dapat tumbuh keatas atau bertingkat.
Oleh karena itu, pondasi rumah tumbuh vertikal haruslah kuat. Agar ketika ingin menambah lantai di masa mendatang, kamu tidak perlu membongkarnya dari awal.
Dengan adanya rumah tumbuh tersebut, dapat menjadi referensi atau pandangan kamu ketika hendak membangun sebuah rumah. Jadi, apa kamu tertarik dengan konsep rumah yang satu ini? ( yun/man)