Batu, Suara Gong
Wana wisata alam Coban Talun yang terletak dikawasan Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji semakin memudahkan daya tariknya dan dibuktikan dengan tingkat pengunjung yang semakin menurun meskipun pandemi covid-19 telah berakhir. Hal ini membuat Pemangku kepentingan desa berkeinginan agar pengelolaan wana wisata dialihkan ke BUMDes Tulungrejo agar nantinya dapat menjalankan program pemberdayaan yang dirasakan langsung oleh masyarakat.
Direktur Bumdes Tulungrejo, Muhammad Dadi membenarkan hal tersebut ketika dikonfirmasi oleh awak media pada Kamis (2/3/2023). “Harapan kami seperti itu. Cuma pemdes tak bisa berbuat banyak karena pengelolaan Coban Talun berada di ranah Perhutani. Semisal ada dampak yang dirasakan, tentu pemdes turun tangan ikut memikirkan,” ucapnya.
Berdasarkan pengamatannya, wisatawan reguler seperti wisatawan kalangan keluarga menurun minatnya dan pengunjung yang datang lebih didominasi wisatawan rombongan. Padahal, sebagai objek wisata butuh penataan yang apik agar nuansanya sebagai wisata alam lebih terasa. Sementara pada saat ini, penataannya terkesan amburadul dan ala kadarnya. Hal itu membuat minat kunjungan wisatawan menurun.
Bahkan, kata Dadi, sempat tmbul gejolak dari masyarakat setempat karena keberadaan wanawisata belum memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Mereka menuntut agar ada kontribusi ke lingkungan karena akses masuk melewati jalan lingkungan.
“Ibaratnya, masyarakat cuma nerima polusinya saja, cuma pemermrintah desa meredam warga agar tak muncul gejolak.Kami akan mengajukan perizinan ke Perhutani untuk mengelola Coban Talun. Nanti kalau pengelolaan dipegang pemdes, maka kami akan menata jalannya hingga jalur masuk ke Coban Talun yang masih jalan setapak itu,” imbuhnya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Desa Tulungrejo Suliyono menyampaikan apabila permintaan tersebut dikabulkan oleh Perhutani dan pihaknya telah menyiapkan anggaran untuk pembenahan Coban Talun sebesar Rp 500 juta untuk pengelolaan di tahun pertama.”Tahun ini Rp 500 juta. Tahun 2024 bisa sampai Rp 2 miliar anggaran yang kami siapkan untuk perbaikan Coban Talun.
Pembangunan akan terus kami lakukan secara bertahap,” paparnya.
Sementara itu, sepinya kunjungan berimbas pula turunnya minat pedagang yang mayoritas warga setempat. Mereka memilih angkat kaki sehingga banyak menyisakan kios-kios tak bertuan. Salah satu pedagang, Sunar mengatakan, terdapat 50 kios yang ada di kawasan Coban Talun. Namun sejak lama para pedagang tutup, termasuk saat masa liburan. “Banyak pedagang yang memilih tak berjualan karena sepi. Padahal dulu sekitar 5 tahun lalu, kami beli warung itu dengan harga Rp 10 juta,” tandasnya. (rul/man)