Malang, Suara Gong. Desa Tamansari Kecamatan Ampelgading Kabupaten Malang,meski pernah masuk katagori Inpres Desa Tertinggal (IDT)kisaran tahun 1990 silam. Kini,desa kecil dengan jumlah penduduk hanya 1838 jiwa ini menjadi desa makmur. Selain penghasil kopi dan sayur-mayur, warga lereng Gunung Semeru ini juga budidaya ternak kambing.
Kepala Desa Tamansari Wiknyo menjelaskan,untuk populasi kambing di desa Tamansari saat ini mencapai sekitar 12 ribu ekor. Dikatakan Wiknyo,sejak dulu,warga Tamansari sudah dikenal sebagai peternak kambing. Itu bersamaan dengan program IDT,Desa Tamansari juga mendapat bantuan Proyek Kambing Terpadu(PKT) dari pemerintah.
“Kambing bantuan dari pemerintah itu kemudian disalurkan kepada masyarakat secara bergulir yang akhirnya berkembang biak sampai sekarang,” terang Wiknyo Selasa(6/6/2023) kemarin. Menurut Wiknyo,kambing dari Tamansari tergolong super, baik domba maupun maupun jenis kambing Jawa.Dimata para pedagang,kambing Tamansari punya nilai jual tersendiri.
“Jika di tempat lain harga setiap ekor kambing hanya dikisaran Rp 2juta,tetapi untuk di Tamansari bisa lebih.Saya pernah mempridiksi satu ekor kambing milik tetangga dengan harga Rp 4 juta. Ternyata kambing itu laku di pedagang luar Malang seharga Rp5, 6 juta,” sambung Wiknyo mengenang.
Disinggung terkait jumlah kambing yang terjual menjelang Hari Raya Qurban 1444 Hijiriyah mendatang,jelas Kades yang juga peternak kambing ini, ada sebanyak 5 truk atau sekitar 1000 ekor. Selain kambing, Desa Tamansari juga penghasil sayur-mayur dan kopi jenis Arabica, Rabusta dan kopi Sumatera. Meski lahan tanaman kopi tersebut tidak seberapa luas, tetapi kopi Tamansari sudah jadi ikon. “Kopi jenis Arabica tumbuh subur diketinggian 1400 meter dari permukaan laut dengan harga jual saat ini Rp 95 ribu setiap kgr”, tandas Wiknyo mengakhiri.
Sebagai informasi,Bupati Malang HM. Sanusi beberapa waktu lalu juga pernah melakukan kunjungan kerja di Desa Tamansari. Dalam kunjungan kerjanya bersama beberapa dinas terkait, Sanusi melakukan petik merah kopi Arabica diatas lahan seluas puluhan hektar.
Selain itu, warga juga bertani dengan konsep tanaman tumpangsari : pisang (3 Ha), Jahe (0,1 Ha), Cabe Jamu (0,1 Ha), terong (2,5 Ha), cabai Kecil (2,5 Ha), kubis (2,5 Ha), sawi (2,5 Ha) dan talas (2 Ha).(sur/man).