Malang, Suara Gong. Masihkah kita ingat dengan Ibu Tien Soeharto? Selain sebagai pendamping Presiden ke dua Republik Indonesia, HM Soeharto, mendiang juga memiliki sisi lain yang tak kalah menarik dikisahkan kembali.
Kali ini kita pilih topik tentang Tanaman Anggrek dan Tien Soeharto. Bukan tanpa alasan. Sejarah mencatat, di beberapa literatur dan artikel disebutkan, ibu negara ke dua itu selain sosok penyuka kerapihan, juga pencinta tanaman dan gemar berkebun.
Soal kerapihan, sedikit kita angkat sebagai skuel dalam artikel ini. Dikisahkan, Siti Hartinah Soeharto atau Ibu Tien, dikenang sebagai pribadi yang anti terhadap lelaki berambut gondrong. Setidaknya dalam catatan para wartawan Istana, dua jurnalis pernah ditegur Ibu Tien, soal rambut panjang.
Salah satu jurnalis itu adalah Dudi Sudibyo, fotografer senior Kompas, yang sejak 1975 ngepos di Istana. Ceritanya, pada 9 April 1981 Presiden Soeharto, dan Ibu Tien, menjamu para penumpang dan awak pesawat Garuda Indonesia DC-9 Woyla. Mereka baru saja selamat dari upaya pembajakan kelompok Jamaah Imran.
Saat melakukan pemotretan, Dudi, merasa rambut gondrongnya ada yang menjambak halus dari belakang. Ternyata Ibu Tien. “Nanti potong ya, rambut gondrongnya,” tegur Ibu Tien, sebagaimana dikisahkan Dudi, dalam buku “34 Wartawan Istana Bicara tentang Pak Harto”.
Kembali soal pencinta tanaman dan gemar berkebun. Di tengah kesibukannya, Ibu Tien, tetap menyempatkan waktu merawat bunga. Salah satunya bunga anggrek, yang ditanam di halaman rumahnya. Kegemaran memelihara anggrek terus berlanjut, hingga dirinya mendorong agar Indonesia, menghargai dan membanggakan bunga khas Nusantara ini.
Berangkat dari kegemaran Ibu Tien. Presiden Soeharto, kala itu melalui Kepres Nomor 4/1993, menjadikan Anggrek Bulan (phalaenopsis amabilis), sebagai salah satu dari tiga puspa pesona atau tiga bunga Nasional Indonesia.
Anggrek Bulan, kemudian menjadi inspirasi Ibu Tien. Bersama Yayasan Harapan Kita, digagas pusat pelestarian Anggrek Nusantara. Pada 20 April 1993, di atas lahan seluas 4,5 hektare, Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) diresmikan Presiden Soeharto. Lokasinya di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
“Atas jasanya membangun TAIP tersebut, nama Ibu Tien, diabadikan menjadi nama anggrek spesies dan endemik yang ditemukan di Tele, daerah atas Danau Toba, Sumatra Utara,” jelas Yoshi Fajar Murti, dalam artikel berjudul “Ibu Tien Soeharto, Anggrek Bulan, dan Imperium Kolonialis” yang dimuat dari Sejarah Jakarta.
Penampilan Anggrek Tien Soeharto, begitu khas. Tumbuhan terestrial itu berdaun seperti pita. Lebar daun 9-5 mm, panjang tangkainya 35-60 cm. Sedangkan petal dan sepal hampir sama lebarnya. Bibir bunganya berwarna putih dengan corak total merah berwarna violet gelap dengan panjang 1,2 cm. Daun kelopak dan daun mahkotanya sama besar. Permukaan atasnya berwarna kecokelatan dengan warna kuning pada bagian tepinya.
Anggrek Tien Soeharto, ini merupakan anggrek tanah dengan pertumbuhan merumpun. Spesies anggrek ini menyukai tempat terbuka di antara rerumputan serta tanaman lain pada ketinggian 1.700 mdpl.
Sampai saat ini, budidaya anggrek tersebut belum pernah dilaporkan, sedangkan habitatnya mulai berubah menjadi lahan perkebunan kentang. Jenis ini menghadapi ancaman yang cukup besar karena habitatnya yang terbatas dan eksploitasi berlebihan.
Anggrek Hartinah atau Tien Soeharto, merupakan anggrek endemik dari Sumatra Utara (Sumut). Tumbuhan ini memiliki tampilan yang nyaris mirip dengan alang-alang. Anggrek ini pertama kali ditemukan pada tahun 1976 di Desa Baniara, Sumut. Penemu bunga ini adalah Rusdi E. Nasution.
Karena Ibu Tien, berjasa dalam mengembangkan anggrek, diberilah nama ilmiah Chimbidium hatinahianum. Nama latin ini diberikan karena penemunya ingin menyatakan penghargaan kepada Ibu Tien.
Hal yang memprihatinkan adalah, anggrek ini semakin sulit diselamatkan karena populasinya yang makin sedikit. Ketersediaan biji sebagai bahan perbanyakan pun sangat minim.
Berdasarkan World Conservation Monitoring Centre, status konservasi anggrek ini adalah endangered dan kategori A untuk spesies prioritas konservasi tumbuhan Indonesia.
Karena itulah Anggrek Tien Soeharto, ditangkarkan di luar habitat aslinya. Salah satunya di Kebun Raya Bogor, bersama puluhan anggrek lainnya. Seperti Anggrek Hitam, Anggrek Bulan Bintang dan lain-lain.
Bibit dalam botol yang ada di laboratorium Kultur Jaringan Kebun Raya-LIPI sampai saat ini masih berkisar antara 1.000 botol. Sementara fase tumbuh mulai dari yang masih kecambah hingga sudah membentuk tanaman lengkap.
“Menyelamatkan Anggrek Tien Soeharto melalui konservasi ex situ dengan memindahkan tanaman itu ke tempat lain merupakan hal yang masih sulit dilakukan,” tulis Elizabeth Handini, Peneliti di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI, dalam artikel berjudul “Selamatkan Anggrek Tien Soeharto”.
Anggrek Tien Soeharto, termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999. Sehingga tumbuhan berfamili Orchidaceae ini, tidak boleh diperjualbelikan kecuali sudah generasi ketiga.
Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit, Provinsi Sumut, pernah menerima sumbangan Anggrek Tien Soeharto. Namun, menurut Elizabeth, tumbuhan itu tidak dapat hidup lama karena ketidakcocokan agroklimat.
Ketinggian TWA Sibolangit 550 mdpl, kondisi lingkungan lembab, sangat teduh, serta cuaca hujan sangat tinggi. Sementara itu habitat asli Anggrek Tien Soeharto, harus berada di dataran tinggi dan kering.
Dalam pandangan Ibu Tien Soeharto, budidaya Bunga Anggrek, memiliki banyak manfaat. Selain melestarikan kekayaan Flora Nusantara, juga memiliki dampak ekonomi cukup tinggi. Bunga-bunga tersebut dapat dijual untuk berbagai keperluan, dipasok ke berbagai hotel, gedung perkantoran, atau diekspor ke mancanegara.
Ibu Tien Soeharto, pernah berpesan terkait pengelolaan TAIP di TMII, bahwa Taman Anggrek Indonesia Permai bukan sekedar deretan kavling bunga anggrek. “Lebih dari itu. TAIP merupakan ikatan kuat bagi pembudidaya, pedagang, penghobi, dan kolektor anggrek di Indonesia,” kata Ibu Tien, ditulis di laman cendananews dengan judul “Ibu Tien Soeharto Pelestari Anggrek Indonesia”.
Untuk itu, dalam perjalanan TAIP, mulai pemeliharaan hingga penjualan Anggrek dengan seluruh keuntungannya, oleh Ibu Tien, diserahkan seluruhnya kepada pedagang Anggrek di kavling tersebut.
Di TAIP, Pemerintah RI hanya bertugas melakukan pengembangan dan pembibitan. Selanjutnya hasil pengembangan bibit anggrek diserahkan kepada para pedagang di setiap kavling.
Sebagai pusat informasi Anggrek dan balai penelitian serta pengembangan, TAIP juga membantu seluruh pedagang anggrek di lokasi tersebut dalam pembibitan.
Metode budidaya laboratorium Taman Anggrek Indonesia, dilakukan melalui penyebaran biji hasil silangan dengan metode konvensional maupun vetatif dengan kultur jaringan.
Ada sekitar 3.000 jenis atau spesies Anggrek Nusantara menghiasi TAIP peninggalan Ibu Tien Soeharto. Ragam jenis anggrek itu berasal dari Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Jawa, dan provinsi lainnya.
Namun demikian, bunga anggrek yang mendominasi Taman Anggrek Indonesia Permai adalah spesies anggrek bulan atau phalaenopsis amabilis.
Semasa menjadi Ibu Negara, Ibu Tien Soeharto, juga kerap menghadirkan Anggrek dalam berbagai pertemuan Nasional dan Internasional. Menghadiahkan Anggrek, kepada tamu negara menjadi hal yang lazim dilakukannya. (eko)