SUARAGONG.COM – Dunia Perkopian indonesia tidak disangka bisa menjadi komoditas unggulan yang dicintai dunia serta terkenal akan kualitasnya. Hal ini terungkap dari berbagai ekspor kopi indonesia keluar negeri khususnya negara-negara eropa. Pahit namun manis,itulah kopi dari Mojokerto ini. Perkopian di sana memang sudah dipertahankan dari zaman kolonial belanda dahulu, terpercaya dan sudah ahli tentunya. Bahkan hasil dari perkebunan yang ditanam di lereng pegunungan tersebut berhasil menembus pasar Eropa. Sayang, praktik monopoli perdagangan membuat kopi tidak bebas diperjualbelikan.
Kopi Mojokerto Bertahan dari Zaman Kolonial
Seorang sejarawan juga menceritakan jika Hasil kebun Kopi ini menjadi komoditas yang penting bagi orang-orang belanda waktu itu. Jejeran daerah lereng gunung Selatan Mojokerto dikelola Belanda menjadi koffie onderneming alias perkebunan kopi. Hal ini secara keberlanjutan dari generasi ke generasi dan terus bertahan. hingga mojokrto menjadi menjadi daerah penghasil kopi di Mojokerto. Beberapa wilayah yang dijadikan kebun tersebut antaranya di dataran tinggi pegunungan Anjasmoro, Welirang, dan Arjuno.
Jenis Kopi yang di tanam pun bervariasi dan berkembang seiring berjalannya waktu, khususnya Jenis kopi robusta. Biji Kopi hasil kebun ini dikenal dengan rasanya yang lebih kuat dan kandungan kafein yang lebih tinggi. Kopi ini juga didukung dari kondisi geografis pegunungan yang ideal untuk pertumbuhan kopi, dengan ketinggian yang tepat dan tanah vulkanik yang subur, yang memberikan cita rasa khas pada kopi yang dihasilkan.
Peningkatan Hasil Perkebunan
Seiring dengan meningkatnya kualitas produksi dan permintaan kopi premium di pasar internasional, kopi dari Mojokerto mulai merambah pasar Eropa. Eropa dikenal sebagai salah satu konsumen terbesar kopi di dunia, dengan negara-negara seperti Jerman, Italia, dan Belanda menjadi tujuan utama ekspor.
Pada sejarahnya daerah mojokerto memang terkenal akan kualitas hasil biji Kopinya. Karenanya, kopi masuk menjadi salah satu komoditas yang diekspor oleh kolonial. Melihat potensi tersebut, penduduk lokal akhirnya tertarik untuk menanam kopi secara mandiri di lahan pribadi.
Praktik Monopoli
Namun terdapat praktik monopoli yang membuat beberapa petani resah. Hasil dari kebun yang digarap mereka dijual dengan harga jual yang telah ditetapkan oleh pihak perkebunan dengan banderol yang sangat rendah. Demi mendapatkan harga yang wajar,para petani akhirnya memilih untuk menjualnya secara sembunyi-sembunyi. Meski dilarang kolonial, penduduk nekat menjual secara ilegal untuk mendapatkan harga jual biji kopi yang wajar.
Kini, kopi Mojokerto tak hanya dinikmati oleh masyarakat lokal tetapi juga telah menembus pasar internasional, termasuk Eropa, yang dulunya hanya bisa mengakses kopi Nusantara melalui monopoli kolonial. Proses ini dimulai dengan peningkatan kualitas biji kopi yang dihasilkan, serta adanya permintaan yang tinggi dari pasar Eropa terhadap kopi premium. Kopi-kopi dari Mojokerto, khususnya varietas Arabika dan Robusta, sering kali dipasarkan sebagai kopi specialty di Eropa, dihargai karena cita rasanya yang unik dan kualitasnya yang tinggi. (Aye/Sg).