Malang,Suaragong – ISPA adalah kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut, yakni infeksi yang menyerang komponen saluran pernafasan, mulai dari hidung hingga paru-paru. Infeksi ini disebabkan oleh virus atau bakteri yang berlangsung kurang lebih sekitar 14 hari serta dapat menimbulkan sejumlah gejala mulai dari batuk, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, sesak nafas, pusing, dan demam. Gangguan pernafasan ini sangat menular dan bisa menimpa siapa saja mulai anak-anak hingga orang lanjut usia (lansia), terutama pada mereka dengan kondisi tubuh yang kurang fit. Penularan ISPA dapat terjadi melalui kontak percikan air liur orang yang terinfeksi, kontak tersebut bisa melalui udara ataupun sentuhan dengan benda yang terkontaminasi virus atau bakteri penyebab ISPA. Infeksi ini dapat terjadi pada saluran pernapasan baik bagian atas maupun bawah. ISPA merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit menular di seluruh dunia. ISPA juga merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia dan penyebab kematian utama di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Kematian akibat ISPA 10 hingga 50 kali lebih sering terjadi di negara-negara berkembang dibandingkan di negara-negara maju. ISPA merupakan bagian dari kelompok penyakit yang ditularkan melalui udara.
Terjadinya ISPA tentu dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya perubahan musim atau disebut musim pancaroba. ISPA sering dikaitkan dengan kondisi gangguan pernapasan akibat musim pancaroba. Penyakit ini sering muncul pada musim pancaroba yang diakibatkan oleh sirkulasi virus di udara yang meningkat. Perubahan udara dari dingin ke panas maupun sebaliknya seringkali memperlemah sistem daya tahan tubuh. Seperti yang diketahui hamper di seluruh wilayah Indonesia pada musim kemarau sering kali terjadi peningkatan suhu yang sangat ekstrem. Akibat peningkatan suhu ini udara di sekitar menjadi lebih panas dan sering menimbulkan polusi udara. Polusi udara ini cenderung diakibatkan oleh aktifitas sehari-hari masyarakat setempat. Misalnya dari asap kendaraan, asap rokok, asap pabrik, asap pembakaran sampah, dan lain-lain. Terutama pada kota-kota besar yang mencapai tingkat tertinggi dalam kategori tidak sehat jika dilihat dari indeks standar pencemaran udara (ISPU). Hal ini juga berlaku ketika musim hujan yakni akibat perubahan udara dari panas ke dingin yang rentan membuat daya tahan tubuh menurun.
Berlangsungnya polusi udara tidak bisa dianggap remeh. Hal ini, sangat berdampak pada kesehatan manusia. Udara yang tercemar banyak mengandung sekumpulan partikel yang dapat membahayakan kesehatan saluran pernapasan manusia. Bahaya yang ditimbulkan bersifat karsinogenik dimana partikel unsur kimia didalamnya terdapat timbal dan benzena. Hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan peredaran oksigen dalam darah jika sering terhirup, sehingga seseorang sangat rentan terkena ISPA.
Belakangan ini hampir seluruh wilayah di Indonesia dilanda musim kemarau dan tentu saja banyak sekali penyakit pernafasan yang muncul. ISPA merupakan penyakit pernapasan yang sangat diwaspadai oleh kalangan masyarakat akhir-akhir ini. Seperti yang diketahui sebelumnya, penyakit ISPA umumnya disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus dan bakteri tersebut dapat beredar melalui udara atau melalui percikan air. ISPA akan sembuh dalam waktu 1-2 minggu, sehingga tidak diperlukan pengobatan yang intensif, kecuali ditentukannya indikasi penyakit lainnya yang berbahaya. ISPA dapat ditangani dengan berbagai macam cara, beberapa diantaranya ialah mengonsumsi obat pereda demam dan nyeri pada tubuh, mengonsumsi obat batuk, mengonsumsi obat peradangan, istirahat dengan cukup dan perbanyak minum air putih, minum lemon hangat atau madu untuk meredakan batuk, tidur dengan posisi kepala lebih tinggi untuk melancarkan pernapasan. Namun, keberadaan virus dan bakteri juga memang tidak bisa kita tebak. Meski begitu, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mencegah penyakit ISPA yakni, sering mencuci tangan sampai bersih setelah beraktivitas (terutama aktivitas diluar atau di tempat umum), menghindari kebiasaan merokok, meminimalisir sentuhan tangan pada wajah (terutama bagian hidung dan mulut), banyak mengonsumsi makanan yang mengandung serat dengan gizi yang seimbang, terapkan pengonsumsian vitamin untuk menambah kekebalan tubuh, olahraga secara teratur (minimal olahraga ringan selama 30 menit per hari).
Mengobati dan mencegah penyakit ISPA selain dari diri kita sendiri, perlu juga diterapkan dalam lingkungan masyarakat sekitar. Lingkungan sekitar pasti akan memengaruhi sehat atau tidaknya penghuni lingkungannya. Maka dari itu, diperlukan upaya dalam masyarakat agar selalu menjaga lingkungan sekitar agar semakin bersih dan bebas dari penyakit. Cara yang dapat dilakukan dapat bermacam-macam seperti, kerja bakti membersihkan lingkungan komplek yang kotor, menyediakan tempat sampah agar bisa membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya, dan membuat taman atau penghijauan di lingkungan agar lingkungan semakin asri dan terlihat segar. Mengobati dan melakukan pencegahan terhadap penyakit ISPA dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Cara-cara di atas mungkin cukup untuk menangani penyakit ISPA ringan,
namun apabila gejala yang timbul dirasa lebih berat atau tidak kunjung membaik bahkan setelah ditangani dengan obat-obatan, maka sebaiknya anda mengunjungi dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Cara-cara tersebut tidak hanya berlaku untuk mencegah penyakit ISPA, melainkan juga untuk menghadapi kondisi musim pancaroba yang umumnya sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya.
Untuk mencegah penyakit ISPA di musim pancaroba dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat yang meliputi kegiatan fisik dan mental dengan memastikan mengonsumsi nutrisi yang baik seperti makan makanan yang bergizi terutama yang mengandung serat. Perubahan musim yang ekstrem terutama di musim pancaroba sangat sering membuat daya tahan tubuh menjadi lemah dan bahkan sampai membuat sakit hingga kematian. Oleh sebab itu, perlunya menerapkan pola hidup sehat dan menjaga kebersihan lingkungan perlu diterapkan baik pada diri sendiri maupun di lingkungan masyarakat agar terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. (Penulis : Revina Eqithalia Budi Lestari/Program Studi Farmasi/Fakultas Ilmu Kesehatan/Universitas Muhammadiyah Malang)