SUARAGONG.COM – Setiap orang pasti punya tipe pasangan yang mereka sukai. Entah itu seseorang yang humoris, bertubuh tinggi, berambut pendek, atau yang selalu mengenakan kacamata. Meskipun kita mungkin tidak selalu mendapatkan pasangan yang memenuhi semua kriteria tersebut, kita cenderung lebih mudah tertarik pada orang yang sesuai dengan tipe yang kita inginkan. Tapi, kenapa kita bisa memiliki tipe tertentu? Apakah ini semata-mata soal apa yang kita anggap menarik, atau ada faktor lain yang memengaruhinya?
Baca juga : Kenapa Pria Berselingkuh Meski Bahagia dengan Pasangan?
Apa yang Membentuk Tipe Pasangan Kita?
Ternyata, ada beberapa faktor yang memainkan peran besar dalam pembentukan tipe pasangan kita. Salah satunya adalah pengaruh pola asuh orang tua. Sejak kecil, kita cenderung melihat orang tua sebagai sosok yang menjadi panutan, baik dalam hal perilaku maupun penampilan. Pola asuh yang kita terima dari orang tua memengaruhi cara kita memandang pasangan ideal. Kita seringkali tumbuh dengan keyakinan bahwa pasangan yang memiliki kesamaan karakteristik, baik dari sisi kepribadian maupun penampilan, adalah sosok yang tepat untuk kita. Secara tidak sadar, kita mengasosiasikan ciri-ciri tersebut dengan perasaan nyaman dan hubungan emosional yang kita alami pada masa kecil.
Ketertarikan ini membuat kita mencari pengalaman emosional yang serupa dengan yang pernah kita rasakan bersama orang tua. Bahkan, meskipun sifat orang tua kita tidak selalu positif, ciri-ciri yang mereka miliki tetap terasa familiar dan nyaman. Ini juga bisa menjelaskan mengapa beberapa orang terjebak dalam hubungan yang tidak sehat. Ciri-ciri yang mungkin kita anggap kurang baik, tapi terasa akrab, bisa membuat kita tetap merasa tertarik meskipun hubungan tersebut tidak membawa kebaikan.
Selain pengaruh pola asuh, tipe pasangan kita juga dipengaruhi oleh bagaimana kepribadian kita saling melengkapi. Misalnya, seseorang yang cenderung lebih supel dan tegas mungkin lebih tertarik pada pasangan yang pemalu atau penurut. Ini bukan hanya soal kecocokan kepribadian, tetapi juga bagaimana pasangan tersebut mendukung mekanisme pertahanan diri yang terbentuk sejak kita kecil. Mekanisme pertahanan diri ini berfungsi untuk melindungi kita dari rasa sakit atau trauma masa lalu, dan itu turut memengaruhi pilihan pasangan kita.
Baca juga : Perbedaan Politik dapat Picu Konflik dengan Pasangan, Kok Bisa?
Ketertarikan yang Dipengaruhi oleh Pertahanan Diri
Menurut Psychology Today, kita sering kali tanpa sadar memilih pasangan yang sesuai dengan mekanisme pertahanan diri yang telah kita bentuk. Misalnya, seseorang yang cenderung menarik diri atau menghindari konflik saat menghadapi masalah mungkin akan merasa lebih cocok dengan pasangan yang lebih agresif atau aktif. Bahkan, kita sering kali tertarik pada sifat tertentu yang justru mencerminkan konflik batin kita. Misalnya, seseorang yang terkesan misterius dan penyendiri bisa menarik perhatian kita, karena ketidakhadirannya secara emosional terasa seperti teka-teki yang ingin kita pecahkan. Sebaliknya, seseorang yang sangat bergantung pada perhatian kita, meskipun sifat mengendalikannya mungkin tidak ideal, bisa membuat kita merasa terhubung secara emosional karena itu mencerminkan kebutuhan batin kita.
Pada akhirnya, tipe pasangan kita bukan hanya soal preferensi pribadi, tetapi juga merupakan cerminan dari pengalaman masa lalu, pola asuh, dan cara kita melindungi diri dari rasa sakit. Menyadari faktor-faktor ini dapat membantu kita lebih bijak dalam memilih pasangan, sehingga hubungan yang kita bangun tidak hanya didasari oleh ketertarikan fisik atau emosional, tetapi juga didorong oleh kesehatan emosional dan keberlanjutan. Pilihan kita dalam mencintai adalah perjalanan untuk lebih mengenal diri sendiri, dan dengan kesadaran ini, kita bisa menciptakan hubungan yang lebih sehat dan lebih bermakna. (acs)