SUARAGONG.COM – Jadi, suatu hari saya sedang menatap mesin cuci, berpikir tentang semua pakaian yang saya lempar ke dalamnya hampir setiap minggu. Tiba-tiba terpikir, “Apakah saya benar-benar perlu mencuci secepat ini?” Ternyata, jawabannya adalah tidak. Mencuci pakaian lebih jarang nggak cuma membantu lingkungan, tapi juga membuat pakaian kita bertahan lebih lama. Ini adalah pelajaran yang saya pelajari, mungkin dengan cara yang sedikit terlambat.
Mari kita mulai dengan prinsip dasar ini: “Less is more.” Meskipun tren fashion terus berkembang, satu hal yang tetap konsisten adalah pakaian kita akan lebih awet jika kita lebih bijaksana soal frekuensi mencuci. Faktanya, mencuci terlalu sering bisa jadi alasan utama mengapa baju kita cepat rusak, memudar, atau bahkan berubah bentuk.
Bayangkan saja, saya dulu hampir setiap hari mencuci pakaian setelah sekali pakai. Apakah itu baju olahraga atau kaos kasual, rasanya seperti semua harus langsung dicuci. Tapi, setelah saya mulai lebih memperhatikan, saya sadar bahwa tidak semua pakaian perlu dicuci setiap saat. Terkadang, saya hanya mencium pakaian itu (ya, “sniff test”!) dan kalau masih segar, saya pakai lagi keesokan harinya.
Kurangi Mencuci, Kurangi Sampah
Sebagai seorang yang peduli dengan keberlanjutan, saya mulai sadar bahwa salah satu cara termudah untuk menjaga lingkungan adalah dengan mencuci lebih jarang. Menurut beberapa penelitian, mencuci pakaian setiap hari bisa menghasilkan jejak karbon tahunan yang cukup besar. Bayangkan, kalau kita bisa memperpanjang umur pakaian kita hanya dengan mencucinya lebih jarang, kita bisa mengurangi jejak karbon kita secara signifikan.
Dan bukan cuma planet yang diuntungkan – pakaian kita juga lebih awet! Setiap kali kita memasukkan pakaian ke mesin cuci, serat kainnya mulai aus. Ini sebabnya banyak pakaian kita, yang dulunya cantik dan segar, sekarang mulai terlihat kusam atau bahkan berubah bentuk.
Mikroserat: Musuh Tersembunyi di Mesin Cuci
Inilah yang saya nggak tahu sebelumnya. Setiap kali pakaian dicuci, terutama yang terbuat dari bahan sintetis, mereka melepaskan ratusan ribu mikroserat ke dalam air. Mikroserat ini akhirnya berakhir di lautan, dimakan oleh ikan, dan pada akhirnya… masuk kembali ke rantai makanan kita. Sedikit menyeramkan, bukan?
Dengan mencuci pakaian lebih jarang, kita bisa mengurangi jumlah mikroserat yang dilepaskan ke lingkungan. Bonusnya, pakaian kita juga jadi lebih awet. Serat yang nggak terus-menerus terkikis berarti pakaian kita bisa bertahan lebih lama sebelum mulai memudar atau menjadi kasar.
Berinvestasi di Pakaian Berkualitas dan Cinta Terhadap Pakaian Lama
Selain mengurangi frekuensi mencuci, satu hal yang juga penting adalah memilih pakaian dengan bijak sejak awal. Saya mulai berinvestasi dalam kain yang tahan lama, seperti katun organik, linen, dan rami. Pakaian berbahan ini nggak hanya nyaman, tapi juga lebih tahan lama jika dirawat dengan baik.
Namun, saya juga nggak mau munafik. Ada kalanya saya tergoda untuk beli baju murah yang cepat rusak. Tapi tahu nggak? Saya belajar bahwa bukan soal harganya, tapi bagaimana kita merawatnya. Bahkan pakaian murah bisa bertahan lama kalau kita tahu cara merawatnya.
Gunakan Tes Ciuman Sebelum Mencuci
Satu trik yang saya lakukan sebelum memutuskan apakah sebuah pakaian perlu dicuci atau nggak adalah “tes ciuman.” Ini cara sederhana yang sudah saya singgung di awal tadi. Saya hanya mencium pakaian tersebut dan kalau baunya masih segar atau nggak terlalu buruk, saya simpan kembali untuk dipakai di lain hari. Ini mengurangi frekuensi mencuci dan membuat pakaian bertahan lebih lama.
Tentu saja, ada pengecualian. Pakaian dalam, kaos kaki, dan pakaian yang dipakai sangat dekat dengan tubuh tetap harus dicuci setelah sekali pakai. Tapi untuk pakaian lain, seperti jeans atau sweater? Saya merasa cukup aman dengan mencuci lebih jarang, terutama setelah menerapkan tes ciuman tadi.
Baca juga : Perpanjang Umur Pakaian: Gaya Hidup Sustainable
Pilih Deterjen yang Tepat dan Cuci dengan Hati-Hati
Terakhir, deterjen yang kita gunakan juga berpengaruh besar. Saya pernah berpikir, semakin kuat deterjen, semakin baik. Tapi ternyata, deterjen yang terlalu kuat bisa merusak serat kain lebih cepat. Setelah beberapa percobaan (dan beberapa pakaian yang rusak), saya sekarang menggunakan deterjen ramah lingkungan yang lebih lembut. Pakaian saya tidak hanya lebih awet, tapi saya juga merasa lebih baik karena memilih opsi yang lebih ramah lingkungan.
Jadi, jika pakaian Anda mulai terlihat lelah dan Anda tergoda untuk mengucapkan selamat tinggal, coba dulu beberapa tips ini. Anda mungkin akan terkejut melihat betapa lamanya pakaian bisa bertahan hanya dengan perawatan yang tepat.
Dan, sebagai catatan tambahan: setelah saya mulai mencuci lebih jarang, saya tidak hanya melihat pakaian saya lebih awet, tapi juga waktu luang saya lebih banyak. Kurang mencuci, lebih sedikit pekerjaan rumah – siapa yang bisa menolak itu? (acs)