Batu, Suara Gong
Intensitas hujan tinggi yang melanda Kota Batu memberikan dampak besar bagi petani buah stroberi yakni dengan kurang maksimalnya hasil panen yang seharusnya sudah terjadi dalam beberap hari terakhir. Pasalnya, cuaca buruk tersebut membuat buah yang banyak disukai oleh wisatawan tersebut menjadi cepat rusak dan busuk. Tarmuji salah satu petani asal Desa Pandanrejo mengaku bahwa dirinya mengalami kerugian cukup besar pada tahun ini.
“Penurunan terjadi sangat drastis karena memang banyak buah yang rusak dan busuk. Kalau di prosentasekan, hanya 30 persen yang bisa dipanen dan sisanya rusak,” keluhnya pada Senin (20/2/2023).Lebih lanjut, ia mengaku pada tahun-tahun sebelumnya dirinya bisa memanen setidaknya 100-200 kilogram, terlebih ketika cuaca cukup bagus maka sentra tanaman stroberi di Kota Batu ini bisa memanen 300-500 kilogram.
Namun untuk hasil panen akibat musim penghujan hanya sekitar 60-75 kilogram saja per satu petak ladang. Ia juga mengaku kondisi ini membuat para petani merugi meski harga jual stroberi relatif stabil dibandingkan dengan harga sayuran, yakni sekitar 20 ribu rupiah perkilogram. “Namun jika dikalkulasi, penjualan stroberi juga tidak sebanding dengan biaya perawatan tanaman, harga strawbery perkilogramnya berkisar 20-25 ribu rupiah. Tetapi, itu tidak bisa menutupi biaya perawatan tanaman yang sangat besar selama musim penghujan.
Semoga cuaca bisa membaik lagi, sehingga produksi buah juga bisa lancar seperti biasa,” imbuhnya.Tarmuji juga menegaskan bahwa dirinya pesimis pada hasil panen miliknya di seluruh petak ladang dengan mencapai hasil 300 kilogram pada saat ini. Ia juga berharap kedepannya dinas terkait bisa turun ke lapangan untuk ikut mencarikan solusi ketika produksi stroberi di Pandanrejo menurun agar kedepannya panen yang kurang maksimal akibt cuaca bisa ditekan potensinya. (rul/man)