MALANG, SUARAGONG.COM – Dalam bahasa Jawa kata “rawit” bermakna seusatu yang halus dan lembut. Seni karawitan berarti sebuha kesenian yang terbalut dalam kelembutan perasaan yang dituangkan dalam permainan orkes kelompok Gamelan. Awalnya merupakan upacara yang rutin dan digunakan sebagai rangkaian upacara-upacara Keraton.
Dalam masa Kerajaan Mataram, karawitan banyak diminati oleh masyarakat karena unsur keindahan dan digunakan sebagai sarana hiburan.
Dalam perkembangannya, karawitan berjalan dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Sunda, berkembang hingga Jawa Timur bahkan beberapa daerah di Bali dengan modifikasi alat. Namun yang khas dari seni karawitan tentang syair yang berisi ungkapan jiwa manusia. Melalui nada-nada slendro dan pelog, diatur berirama syahdu dan selaras. Baik dalam lantunan vokal dan instrumen gamelan sebagai seni klasik warisan seni dan budaya yang syarat akan nilai historis dan filosofis.
Jenis karawitan diantaranya karawitan sekar, gending dan segaran. Klasifikasi itu berdasarkan komposisi unsur vokal dan instrumen yang dimainkan dalam karawitan. Karawitan Sekar dalam pementasan mengutamakan unsur vokal atau suara manusia. Dengan pembagian nada yang dilakukakn oleh beberapa Sinden (penyayi) wanita yang menggunakan gelung (ikatan rambut bundar), jarik dan pakaian adat kebaya lengkap dengan riasan yang mepesona.
Sedangkan Karawitan Gending, mayoritas bunyi-bunyian gamelan mendapatkan porsi lebih. Unsur instrumental kental dengan alunan gendang dan beberapa “gendingan” dalam beragam tembang melodi.
Jikalau karawitan Sekar dan Gending mempunyai tonjolan masing-masing. Karawitan segaran terdapat porsi yang seimbang dan selaras. Iringan nada gamelan dengan tempo yang lembut selaras dengan suara vokal seimbang. Penekanannya pada penafsiran syair dan keindahan masing-masing instrumen gamenal yang khas.
Baca juga : Adem Rasane, Teruskan Budaya, Pj. Walikota Wahyu Sowan Sutiaji-Edi
Penyajian karawitan memang terdapat kebedaan-kebedaan yang cukup menyolok. Setiap daerah mempunyai khas masing-masing. Hal tersebut disebabkan oleh modifikasi baik syair , instrumen, komposisi dan karakter setiap daerah.
Misalnya saja karawitan sunda perbedaannya banyak pula dipengaruhi oleh penggunaan laras pelog. Hal lain banyak terletak pada interpretasi ungkapan lagu. Sekaligus membedakan dalam menempatkan unsur-unsur lebih manis dan frasa khas daerah Sunda di dalamnya. (ind/eko)
Baca berita terupdate kami lainnya melalui google news