Batu, Suara Gong. Upaya petani Kota Batu untuk menghadapi harga pupuk yang semakin meroket memaksa mereka mengubah vegetasi tanaman agar bisa bertahan. Pasalnya, harga pupuk non subsidi terbilang cukup tinggi sehingga mengakibatkan biaya perawatan semakin membengkak dan tidak sepadan dengan hasil penjualan disaat panen.
Salah satu petani di Desa Punten Moch Saniman membenarkan hal tersebut ketika dikonfirmasi oleh wartawan Suara Gong pada Minggu (8/10/2023). “Kami bahkan harus beberapa kali mengganti vegetasi tanaman yang ia tanam di lahan agar dapat mengatur pengeluaran untuk pupuk. Sekarang saya menanam sawi, namun awal hingga pertengahan 2023 kemarin saya harus menanam cabai dan tomat agar kebagian pupuk subsidi,” katanya.
Baca Juga : Gaes!!! Hamas Serang Mendadak dan Israel Balas Serang Gaza
Disinggung terkait harga pupuk non subsidi, Saniman mengaku untuk satu karung dengan berat sekitar 50 kilogram saat ini berharga sekitar Rp 800 ribu. Sedangkan pada bulan sebelumnya harganya bahkan menembus angka sekitar Rp 1,3 juta sehingga membuat perputaran uang petani menjadi timpang.
Terpisah Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Pertanian Kota Batu Nindya Dwi Susilo mengatakan perlu adanya pupuk pengganti untuk para petani. “Solusinya adalah alsintan ataupun pupuk organik. Jadi penggunaan pupuk kimia nonsubsidi harus dikurangi mengingat selain mahal namun memiliki efek pertumbuhan yang tergolong cepat padahal penggunaan pupuk organik juga tak kalah bagus,” paparnya.
Menurutnya terdapat beberapa kelebihan dari pupuk organik dibandingkan dengan pupuk kimia, yakni seperti pupuk kadang memiliki nutrisi yang baik untuk tanah meskipun cenderung sedikit lambat untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan jika menggunakan pupuk kimia yang berlebih akan rentan ketergantungan dan terpapar residu kimia meskipun memiliki masa panen yang lebih cepat. (rul/man)