Batu, Suara Gong
Proses pembangunan Pasar Among Tani, Kota Batu sudah mencapai 85%. Lantas untuk memastikan proses pembangunnya sesuai jadwal dan tak menyalahi bestek. Pj Walikota Batu Aries Agung Paewai bersama jajaran Pemkot Batu melihat dari dekat pelaksanaan pembangunannya.
Pasar Among Tani yang digarap dengan menggunakan dana APBN dan merupakan salah satu program nasional. Pusat perputaran ekonomi bagi warga Kota Batu diharapkan tepat waktu pengerjaanya.
Aries mengatakan pihaknya telah mendapatkan keterangan dari PT. Sasmito segala fasilitas yang telah disediakan. “Apalagi ini nantinya akan menjadi pasar induk terbesar di Indonesia. Sampai saat ini kami masih belum melihat hal yang perlu dievaluasi,” katanya saat diwawancarai awak media.
Lebih lanjut, proyek yang menggunakan anggaran sebesar Rp 152,7 miliar ini dikatakan tengah dilakukan upaya agar tidak terdapat tikus di pasar tersebut. Oleh sebab itu, kedepannya pihak Pemkot Batu bakal mencari pemburu tikus untuk menjaga kebersihan pasar.
Tak hanya itu saja, pasar induk yang terletak dikawasan Jalan Dewi Sartika itu sampai saat ini telah memiliki 1.696 kios dan 934 los. Ia juga mengatakan masih belum ada bentuk pembagian lapak dan kios karena ingin pedagang dan pembeli bisa langsung nyaman ketika menempati bangunan tersebut.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan (Diskoumdag) Eko Suhartono memastikan sampai saat ini pihaknya belum melakukan undian terhadap seluruh pedagang yang ada. “Pedagang mintanya pindah setelah hari raya (lebaran.red) besok. Namun kami sampai saat ini belum melakukan pengundian karena belum ada instruksi dari pihak ketiga,” paparnya.
Eko juga memastikan untuk pedagang sendiri sampai saat ini masih berjumlah sekitar 3.306 termasuk pedagang kaki lima (PKL) pagi. Namun nantinya PKL pagi tersebut dipastikan tidak akan masuk kedalam pasar namun diberikan tempat sendiri diarea pasar.
Luas lahan Pasar Among Tani dulu Bernama Pasar Batu di bangun oleh Pemerintah Kabupaten Malang sekitar tahun 1987 silam. Awalnya Pasar Batu berdiri di sekitar alun-alun Kota Batu. Karena terbakar, akhirnya Pemkab Malang merelokasi Pasar Batu ke Jalan Dewi Sartika, masuk wilayah administrasi Kelurahan Temas.
Berikutnya, sekitar tahun 1998, Pasar Batu yang berdiri diatas lahan 4.5 hektar terbakar lagi. Api membakar area pasar unit I dan II. Selanjutnya pedagang/pemilik kios bersama pemerintah bahu membahu membangun pasar yang baru terbakar.
Pada tahun 90-an, Pasar Batu pernah mengalami masa kejayaan. Yakni menjadi jujugan pedagang sayur mayur dari luar kota. Bahkan dari luar Provinsi Jatim. Harga sayur mayur di Pasar Batu menjadi pedoman harga sayur mayur di tanah air.
Tapi masa kejayaan itu itu perlahan mulai pudar. Pemkab Malang mendirikan sub terminal agrobisnis Pasar Mantung, di Kecamatan Pujon. Lalu mendirikan pula pasar grosir sayur mayur di Kecamatan Karangploso.
Pedagang sayur mayur antar pulau awalnya ngepak sayurannya di area Pasar Batu memilih membuka gudang dekat rumahnya. “Semoga setelah bangunan Pasar Among Tani selesai. Geliat ekonomi dalam pasar semakin baik. Lokasinya dekat obyek wisata. Semoga menjadi jujugan wisatawan. Dan aktivitas jual beli sayur mayur Kembali jaya seperti tahun 90-an dulu,” tutur Sukirman pedagang sayur mayur di Pasar Among Tani. (rul/man)