Malang, Suara Gong
Pencairan bantuan untuk perbaikan rumah bagi masyarakat Kabupaten Malang yang terdampak gempa pada 10 April 2021 lalu masih terus berproses. Saat ini, setidaknya dari 1.023 rumah yang rusak kategori berat.Dari jumlah itu sudah ada 998 rumah korban yang sudah terima bantuan melalui rekening sebesar Rp 50 juta.
Meski sudah mendapat nomor rekening yang berisi nilai bantuan, namun warga yang menjadi penerima masih belum dapat mencairkannya. Sebab untuk pencairan yang akan dilakukan dengan sistem reimburse itu masih harus menunggu panduan dari tim teknis.
“Problematikanya sudah kita bicarakan dengan tim dari BNPB, dengan model sistem reimburse, beberapa saat sudah turun. Dengan harapan nanti ada tim teknis untuk kembali turun, untuk melakukan percepatan melalui BPBD, kita minta bantuan dari perguruan tinggi (PT),” jelas Wakil Bupati (Wabup) Malang, Didik Gatot Subroto beberapa waktu lalu.
Dijelaskannya, nanti tim teknis akan menjadikan data awal yang sudah diinventarisir sebagai data sandingan. Yang nantinya akan disesuaikan dengan kondisi rumah saat ini yang memang sebagian besar sudah diperbaiki oleh masyarakat.
“Untuk pencairannya nanti menunggu tim teknis turun, itu didasarkan pengeluaran perbaikan. Kalau ternyata kurang dari 50, maka syaratnya semisal hanya Rp 40 juta, sisa Rp 10 juta ini agar segera dibelanjakan. Agar total Rp 50 juta bisa segera dicairkan semuanya,” jelas Didik.
Sebagai bukti pengeluaran untuk perbaikan, nantinya tim teknis yang juga akan memeriksa kelengkapan nota belanjanya. Namun demikian, Didik mengatakan bahwa pihaknya menyadari jika dalam kondisi tersebut, nota belanja keperluan perbaikan rumah tentu tidak dapat terinventarisir dengan baik. Sebagai solusinya, akan menggunakan pakta integritas.
“Kemudian bagaimana dengan nota belanja, tentu dengan pakta integritas, pernyataan pembenaran yang dibarengi tim teknis. Karena memang nota tidak akan tersimpan rapi, dan ini sudah menjadi kesepakatan antara Pemkab Malang BPBD dan BNPB,”imbuhnya.
Untuk tim teknis,nantinya akan diambil dari sejumlah perguruan tinggi (PT) di Malang. Beberapa diantanranya adalah Institut Teknologi Nasional (ITN) dan Universitas Brawijaya (UB). “Nanti akan ada tiga sampai lima kampus, kemungkinan saat ini sudah ada yang mulai turun,” pungkasnya. (sur/jun)