Malang, Suara Gong. Profesi guru di Indonesia memiliki peran sentral dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Di balik prestasi siswa, ada peran guru dalam membentuk karakter dan pengetahuan mereka. Namun, profesionalisme dan kesejahteraan guru seringkali disepelekan. Alhasil, banyak generasi muda yang ragu untuk memilih guru sebagai pilihan karirnya.
Isu itu pun ditepis oleh Dr. Iin Hindun, M.Kes., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Iin menyoroti bahwa mobilitas guru pada periode tahun 2023 hingga 2030 mengalami peningkatan yang signifikan. Setiap tahun sekitar 60 ribu guru memasuki masa pensiun, sehingga diperlukan regenerasi baru dalam dunia pendidikan.
Baca Juga : Gaes!!! Hasil MotoGP Mandalika, Bagnaia Urutan Satu, Marquez Jatuh lagi
“Namun, menjadi seorang guru tidak cukup hanya dengan kualifikasi akademik dan ijazah. Sertifikasi profesi melalui PPG menjadi syarat utama untuk memasuki dunia pendidikan,” ujar Iin. Ia menambahkan, pada kenyataannya masih banyak guru yang belum tersertifikasi PPG.
Hal itu pun memantik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) untuk membuka formasi PPG pra-ASN. Menariknya, program tersebut diperuntukkan oleh fresh graduate yang akan dibiayai oleh pemerintah selama satu tahun lamanya.
“Setelah lulus dari program ini, mereka siap untuk menggantikan guru yang pensiun. Ini bukan hanya janji, tetapi sudah terbukti berhasil. Program ini memberikan peluang bagi lulusan untuk mengikuti Program Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P3K) dan menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN),” ungkap Iin, yang juga seorang dosen Pendidikan Biologi.
Dalam hal ini banyak yang bertanya-tanya mengenai penempatan guru yang bersangkutan. Menanggapi hal ini, Iin menambahkan bahwa para guru tersebut diberi kesempatan untuk memilih lokasi sesuai domisili. Hanya saja, apabila domisili tersebut sudah terpenuhi, maka akan ditugaskan ke daerah yang membutuhkan peran guru.
“Hal ini memberikan fleksibilitas yang penting untuk memastikan bahwa setiap daerah memiliki guru yang berkualitas,” ujar Iin. Tantangan lainnya menjadi seorang guru adalah perkembangan zaman. Di mana teknologi kian beranak cucu yang mengakibatkan sering bergantinya sistem kurikulum pendidikan.
Sebagai tenaga pendidik, Iin menyadari bahwa kurikulum selalu mengikuti zaman. “Prinsipnya sama, yakni untuk menyempurnakan seperangkat rencana yang akan diimplementasikan dalam dunia pendidikan,” katanya.
Menurutnya, saat ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Oleh karena itu, guru harus bisa memfasilitasi bagaimana siswa belajar dengan memanfaatkan teknologi yang ada. “Ini adalah perkembangan yang tidak bisa dihindari, tetapi bisa dijadikan acuan untuk pembelajaran yang lebih efektif dan anak muda punya semangat ini,” tandasnya.
Kemudahan dalam profesi guru saat ini membuka peluang baru bagi generasi guru muda untuk berkontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Iin pun optimis, masa depan Pendidikan Indonesia terus jadi lebih baik. Dengan inovasi dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi, masa depan pendidikan di tanah air tentu akan semakin cerah. (*/man)