SUARAGONG.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus mendorong Program Padat Karya sebagai langkah strategis untuk menekan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Dengan membentuk tim lintas Perangkat Daerah (PD), Pemkot memastikan pelaksanaan program ini berjalan komprehensif sesuai Keputusan Wali Kota Surabaya Nomor: 100.3.3.3/300/436.1.2/2024.
Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyatakan bahwa program ini diinisiasi sejak akhir 2021 sebagai respons terhadap tantangan ekonomi pascapandemi Covid-19. “Program ini bertujuan mempercepat roda perekonomian masyarakat, terutama melalui akses pendidikan, kesehatan, permodalan, dan teknologi bagi penduduk miskin,” ujar Eri, Minggu (8/12/2024).
TPT dan Kemiskinan Turun Signifikan Berka Program Padat Karya
Program Padat Karya terbagi dalam dua skema utama. Pertama, pengadaan barang dan jasa pemerintah yang melibatkan masyarakat secara langsung sesuai regulasi. Kedua, pemberdayaan usaha mikro dengan penerima manfaat dari keluarga miskin, didukung fasilitasi pemerintah.
“Melalui program ini, masyarakat berpenghasilan rendah diajak terlibat dalam pembangunan kota, sehingga meningkatkan daya beli, pendapatan, dan produksi mereka,” jelas Wali Kota Eri.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dampak positif Program Padat Karya terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan angka kemiskinan di Surabaya. TPT Surabaya turun dari 7,62 persen pada 2022 menjadi 4,91 persen pada 2024. Angka kemiskinan juga menurun, dari 4,72 persen pada 2022 menjadi 3,96 persen pada 2024. Penduduk miskin ekstrem bahkan mencapai 0 persen pada 2024, turun dari 0,8 persen pada 2023.
Peran Strategis Perangkat Daerah
Kepala Bappedalitbang Surabaya, Irvan Wahyudradjat, menjelaskan bahwa seluruh PD terlibat aktif sesuai kewenangan masing-masing. “Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disnaker) memberikan pelatihan, DPRKPP membangun Rumah Padat Karya, dan DPMPTSP memfasilitasi legalitas usaha,” ujar Irvan.
Baca Juga: Kota Kediri Catat Inflasi Rendah Menjelang Akhir 2024
Pemkot juga membuka peluang kolaborasi dengan sektor swasta, baik dalam bentuk modal, sarana, maupun pendampingan usaha. Irvan menambahkan, program ini dimulai dengan pemetaan potensi usaha di tingkat kecamatan, dengan camat berperan memberikan sosialisasi kepada warga.
Transformasi Jangka Panjang
Program Padat Karya dirancang tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek seperti peningkatan pendapatan masyarakat miskin, tetapi juga mendorong pemberdayaan jangka panjang. “Kami ingin keluarga miskin mampu mandiri secara ekonomi, sehingga angka kemiskinan terus turun,” pungkas Irvan.
Melalui pendekatan berbasis pemberdayaan dan gotong royong, Pemkot Surabaya optimis Program Padat Karya akan terus memberikan dampak nyata bagi masyarakat, menciptakan lingkungan kota yang inklusif dan berdaya saing. (Aye/Sg).
Baca Juga Artikel Berita Lain dari Suaragong di Google News