Batu, Suara Gong. Kampung Ladu di Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, ternyata bernasib sama dengan Kampung Wayang di Desa Beji. Keduanya sama-sama ditinggal begitu saja, setelah dilaunching Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu. Kesannya pemerintah terlalu gampang membuat program kegiatan. Tapi pelaksanannya tak sesuai harapan. Bagaimana Nasib Kampung Ladu Gunungsari?
Sejak dilaunching pada tahun 2021 lalu Kampung Wisata Ladu, bertujuan untuk melestarikan jajanan ladu khas Kota Batu dan mengenalkan kepada wisatawan, mengenai proses pembuatan jajanan ladu dari awal hingga akhir dengan harapan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Baca Juga : Gaes !!! Pertama Dalam Sejarah, Atlet Silat KONI Probolinggo Sumbang Medali di Porprov Jatim 2023
Ironinya, setelah dilaunching-nya kampung wisata tersebut, ternyata tak seindah yang dibayangkan sebab di lokasi tersebut saat ini tinggal menyisakan dua orang saja yang rutin memproduksi ladu.
Salah satu produsen Ladu, Sungkono membenarkan hal tersebut ketika dikonfirmasi oleh awak media kemarin. “Saat ini yang produksi dan jualan ladu hanya menyisakan dua orang saja. Dideklarasikan jadi Kampung Ladu, tapi yang rutin produksi hanya dua orang,” katanya.
Sungkono membeberkan support dari Disparta untuk memajukan Kampung Ladu hanya sekali saja yakni saat launching Kampung Ladu tahun 2021 lalu dan setelahnya dilepas begitu saja. Bahkan setelah terjadinya event-event besar juga tidak pernah ditemui dan ia marasa dimanfaatkan oleh Disparta Kota Batu.
“Dulunya di Kampung Ladu hampir setiap rumah memproduksi ladu. Terutama saat hendak memasuki bulan puasa. Sedangkan saat ini tinggal menyisakan dua orang saja. Sebenarnya minat konsumen cukup tinggi. Untuk pemasaran lokal Kota Batu saja sudah kewalahan. Dalam sehari kami bisa memproduksi sekitar 12 Kg. Karena tidak ada support untuk promosi, proses pemasaran kami memanfaatkan sosial media Tiktok,” jelas dia.
Pengerajin ladu lainnya, Ratih Rohali menyampaikan, dulu pejabat Disparta pernah datang namun hanya melakukan pencatatan saja dan tidak ada tindak lanjut sampai saat ini. “Karena itu, ketika ada Festival Kampung Ladu lagi, saya tidak mau ikut. Sebab selama ini kami hanya didatangi. Namun tidak ada tindak lanjut yang berarti. Sehingga saya tidak mau kalau hanya dimanfaatkan saja,” tegasnya.
Dia mengaku, kondisi saat sebelum dan sesudah terkonsep sebagai Kampung Ladu sebenarnya tidak jauh berbeda seolah hanya memiliki konsep semata, tanpa dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Sehingga dengan tidak adanya keseriusan tersebut, efeknya tidak seperti yang dibayangkan tentang edukasi pembuatan ladu, penyuplai kue ladu ke berbagai daerah dan lain sebagainya. (mf/man)